Kamis, 25 April 2013

Makalah Tafsir Asal-usul Kehidupan


Tugas Individu


ASAL-USUL KEHIDUPAN MANUSIA
Tafsir Surah AL-Alaq ayat 1-5

DISUSUN OLEH:
HUSNAINI
20404110038
DOSEN PEMBIMBING:
Dr.H.Hamzah Harun Al-Rasyid,Lc,Ma.

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2011/2012




KATA PENGANTAR
 

            Sungguh tiada suatu  kesuksesan yang dapat diraih kecuali atas perkenaan Yang Maha Kuasa. Oleh karena iu, maka selayaknya penulis dalam  mengawali penulisan Makalah yaitu asal-usul kejadian manusia, dengan menyebut Asma dan mengucapkan syukur kehadirat-Nya. Dialah yang memberi rahmat dan kekuatan sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik, kendatipun dalam penulisannya tidak sedikit mengalami hambatan – hambatan.
             Akhirnya penulis berserah diri, karena sadar akan segala keterbatasan yang dimiliki serta kemampuan penulis yang masih perlu ditingkatkan, tentunya tidaklah sesempurnah sebagaimana yang diharapkan. Namun demikian, dengan penuh harapan dan doa, kami berharap semoga Makalah ini dapat bermanfaat adanya, berguna bagi kami sebagai penulis dan semoga pula Makalah yang sangat sederhana ini dapat membuka pengetahuan kita tentang tafsir Al-quran. Sehingga kita dapat mengamalkannya sebagai dalam kehidupan sehari-hari, sebagai wujud kecintaan kita pada Allah SWT.


                                                                                    Makassar, 6 maret 2011

                                                                                    Penulis





BAB I
PENDAHULUAN

             Diantara sekian banyak penemuan manusia dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedemikian canggih, masih ada satu permasalahan yang hingga kini belum mampu dijawab dan dijabarkan oleh manusia secara eksak dan ilmiah. Masalah itu ialah masalah tentang asal usul kejadian manusia. Banyak ahli ilmu pengetahuan mendukung teori evolusi yang mengatakan bahwa makhluk hidup (manusia) berasal dari makhluk yang mempunyai bentuk maupun kemampuan yang sederhana kemudian mengalami evolusi dan kemudian menjadi manusia seperti sekarang ini. Hal ini diperkuat dengan adanya penemuan-penemuan ilmiah berupa fosil seperti jenis Pitheccanthropus dan Meghanthropus.Di lain pihak banyak ahli agama yang menentang adanya proses evolusi manusia tersebut. Hal ini didasarkan pada berita-berita dan informasi-informasi yang terdapat pada kitab suci masing-masing agama yang mengatakan bahwa Adam adalah manusia pertama. Yang menjadi pertanyaan adalah termasuk dalam golongan manakah Adam ? Apakah golongan fosil yang ditemukan  tadi atau golongan yang lain ? Lalu bagaimanakah keterkaitannya ?Asal Usul Manusia menurut IslamKita sebagai umat yang mengakui dan meyakini rukun iman yang enam, maka sudah sepantasnya kita mengakui bahwa Al Qur’an adalah satu-satunya literatur yang paling benar dan bersifat global bagi ilmu pengetahuan.“Kitab (Al Qur’an) in tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib…” (QS. Al Baqarah (2) : 2-3)Dengan memperhatikan ayat tersebut maka kita seharusnya tidak perlu berkecil hati menghadapi orang-orang yang menyangkal kebenaran keterangan mengenai asal usul manusia. Hal ini dikarenakan mereka tidak memiliki unsur utama yang dijelaskan dalam Al Qur’an yaitu Iman kepada yang Ghaib. Ini sebenarnya tampak pula dalam pernyataan-pernyataan yang dikeluarkan oleh mereka dalam menguraikan masalah tersebut yaitu selalu diawali dengan kata kemungkinan, diperkirakan, dan sebagainya. Jadi sebenarnya para ilmuwanpun ragu-ragu dengan apa yang mereka nyatakan.  
             Surah al-alaq menjelaskan tentang asal-usul kejadian manusia,Surah al-alaq adalah surah yang pertama kali diturunkan oleh Allah swt. Kepada Nabi Muhammad saw.Surah ini dinamai Al-`Alaq,artinya “segumpal darah”.Dinamai demikian karena surah ini berbicara tentang asal-usul kejadian manusia ,yang antara lain adalah segumpal darah (al-alaq).Surah al-alaq adalah surah yang pertama  turun,artinya surah ini tergolong dalam surah makkiyah.Meskipun terdiri dari sembilan belas ayat,surah ini pertama kali diturunkan Allah swt. Kepada Nabi Muhammad saw. Hanya lima ayat yang pertama.Ayat-ayat selebihnya diturunkan kemudian.Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya,Rasulullah saw.sangat prihatin melihat kesesatan yang dialami oleh masyarakat nya.Karena itu,beliau sering mengasingkan diri di Gua Hira untuk memohon petunjuk dari Allah.Pada saat itulah,Allah menurunkan wahyu-Nya berupa lima ayat pertama dari surah Al-`Alaq kepada nabi Muhammad melalui Malaikat Jibril .Seperti umumnya surah Makkiyah ,surah Al-Alaq ini berbicara tentang kemahakuasaan Allah Swt.Pada surah ini masalah tersebut dikaitkan dengan kejadian manusia dan sifat-sifatnya.
             Surah ini disepakati turun di Mekkah sebelum  Nabi Muhammad saw. Berhijrah,bahkan hampir semua ulama sepakat bahwa wahyu Al-Quran pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad saw.thabathaba`I menulis,bahwa dari konteks uraian ayat-ayatnya,tidak mustahil bahwa keseluruhan ayat-ayat surah ini turun sekaligus.Thahir ibn`Asyur  menyataka bahwa lima ayatnya yang turun pada tanggal 17 ramadhan.Pendapat ini dianut oleh banyak ulama.
             Namanya yang populer  pada  masa sahabat Nabi saw. Adalah surah iqra bismi rabbika.Namanya yang tercantum  dalam sekian banyak mushaf  adalah surah Al-`alaq.Ada juga yang menamainya surah iqra.
             Tema utamanya adalah pengajaran kepada Nabi Muhammad saw.serta penjelasan tentang Allah dalam sifat dan perbuatannya,dan bahwa dia adalah sumber ilmu pengetahuan.Menurut al-Biqa`I tujuan utamanya adalah perintah kepada manusia untuk menyembah Allah swt.Sang pencipta Yang Maha Kuasa,sebagai tanda syukur kepada-Nya.
                                               





            

BAB II

PEMBAHASAN

Surah Al-‘Alaq

(Segumpal Darah)

 

Dengan menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
ٱقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذي خَلَقَ
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhan-mu Yang menciptakan.
خَلَقَ الْإِنْسانَ مِنْ عَلَقٍ
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
ٱقْرَأْ وَ رَبُّكَ الْأَكْرَمُ
3. Bacalah, dan Tuhan-mulah Yang Maha Pemurah,
ٱلَّذي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ
4. yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam.
عَلَّمَ الْإِنْسانَ ما لَمْ يَعْلَمْ
5. Dia telah mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya
            
             “Bacalah! Dengan nama Tuhanmu yang telah mencipta.”(ayat 1).Dalam suku pertama saja,yaitu “bacalah”,telah terbuka kepentingan pertama di dalam perkembangan agama ini selanjutnya.Nabi s.a.w.disuruh membaca wahyu akan diturunkan kepada beliau itu di atas nama Allah,Tuhan yang telah mencipta.Yaitu “Menciptakan manusia dari segumpal darah”.(ayat 2).Yaitu peringkat yang kedua sesudah nuthfah,yaitu segumpal air yang telah berpadu dari mani si laki-laki dengan mani perempuan,yang setelah 40 hari lamanya,air itu telah menjelma jadi segumpal air,dan dari segumpal darah,dan dari segumpal darah itu kelak akan menjelma pula setelah melalui 40 hari,menjadi segumpal daging (Mudhghah).
             Nabi bukanlah orang yang pandai membaca.Beliau adalah ummi ,yang boleh diartikan buta huruf,tidak pandai menulis dan tidak pula pandai membaca yang tertuis.Tetapi jibril mendesaknya juga sampai tiga kali supaya dia membaca.Meskipun dia tidak pandai menulis,namun ayat-ayat itu akan dibawa langsung oleh jibril kepadanya,diajarkan,sehingga dia dapat menghafalnya diluar kepala,dengan sebab itu akan dapatlah dia membacanya.Tuhan Allah yang menciptakan semuanya.Rasul yang tak pandai menulis dan membaca itu akan pandai kelak membaca ayat-ayat yang diturunkan kepadanya.Sehingga bilamana wahyu-wahyu itu telah turun kelak,dia akan diberi nama al-quran.Dan al-quran itu pun artinya bacaan,seakan-akan Tuhan berfirman :”Bacalah,atas qudratKu dan iradatKu”.
             Syaikh Muhammad Abduh di dalam Tafsir Juzu` Ammanya menerangkan; yaitu Allah yang Maha Kuasa menjadikan manusia daripada air mani,menjelma jadi darah segumpal,kemudian jadi manusia penuh,niscaya kuasa pula menimbulkan kesanggupan membaca pada seorang yang selama ini kita kenal ummi,tidak pandai membaca dan menulis.Maka jika kita selidiki isi Hadis yang menerangkan bahwa tiga kali Nabi disuruh membaca,tiga kali pula beliau menjawab secara jujur bahwa beliau tidak pandai membaca,tiga kali pula Jibril memeluknya keras-keras,buat meyakinkan baginya bahwa sejak saat itu kesanggupan membaca itu sudah ada padanya,apatah lagi dia adalah al-insan al-kamil,manusia sempurna.Banyak lagi yang akan dibacanya di belakang hari.Yang penting harus diketahuinya ialah bahwa dasar segala yang akan dibacanya itu kelak tidak lain ialah dengan nama Allah jua.
             “Bacalah!  Dan Tuhan engkau itu adalah Maha Mulia.” (ayat 3).Setelah di ayat yang pertama beliau disuruh membaca diatas nama Allah yang menciptakan insan dari segumpal darah,diteruskan lagi menyuruhnya membaca di atas nama Tuhan.Sedang nama Tuhan yang selalu akan diambil jadi sandaran hidup itu ialah Allah Yang Maha Mulia,Maha Dermawan,Maha Kasih dan sayang kepada makhluk-Nya; “Dia yang mengajarkan dengan kalam.” (ayat 4).Itulah keistimewaan Tuhan itu lagi.Itulah kemuliaanNya yang tertinggi.Yaitu diajarkanNya kepada manusia berbagai ilmu,dibukaNya berbagai rahasia,diserahkan-Nya berbagai kunci untuk pembuka perbendaharaan Allah,yaitu dengan qalam.Dengan pena! Disamping lidah untuk membaca,Tuhan pun mentakdirkan pula bahwa dengan pena ilmu pengetahuan dapat dicatat.Pena adalah bentuk beku dan kaku,tidak hidup,namun yang dituliskan oleh pena itu adalah berbagai hal yang dapat difahamkan oleh manusia “Mengajari manusia apa-apa yang dia tidak ketahui”.(ayat 5).
             Lebih dahulu Allah ta`ala mengajar manusia mempergunakan qalam.Sesudah dia pandai mempergunakan qalam itu banyaklah ilmu pengetahuan diberikan oleh Allah kepadanya,sehingga dapat pula dicatatnya ilmu yang baru didapatnya itu dengan qalam yang telah ada dalam tangannya;
Ilmu pengetahuan adalah laksana binatang buruan dan penulisan adalah tali pengikat buruan itu.Oleh sebab itu ikatlah buaruanmu dengan tali yang teguh”.
             Makna di dalam susunan kelima ayat ini,sebagai ayat mula-mula turun kita menampak dengan kata-kata singkat Tuhan telah menerangkan asal-usul kejadian seluruh manusia yang semuanya sama,yaitu daripada segumpal darah,yang berasal dari segumpal mani.Dan segumpal mani itu berasal dari saringan halus makanan manusia diambil dari bumi.Yaitu dari hormon,kalori,vitamin dan berbagai zat yang lain,yang semua diambil dari bumi yang semuanya ada dalam sayuran,buah-buahan makanan pokok dan daging.Kemudian itu manusia bertambah besar dan dewasa.Yang terpenting alat untuk menghubungkan dirinya dengan manusia yang sekitarnya ialah kesanggupan berkata-kata dengan lidah,sebagai sambungan dari apa yang terasa dalam hatinya.Kemudian bertambah juga kecerdasannya,maka diberikan pulalah kepandaian menulis.
             Di dalam ayat yang mula turun ini telah jelas penilaian yang tertinggi kepada kepandaian membaca dan menulis.Berkata Syaikh Muhammad Abduh dalam tafsirnya: “Tidak didapat kata-kata yang lebih mendalam dan alasan yang lebih sempurna daripada ayat ini didalam menyatakan kepentingan membaca dan menulis ilmu pengetahuan dalam segala cabang dan bagian-bagiannya.Dengan itu mula dibuka segala wahyu yang akan turun di belakang.Maka kalau kaum Muslimin tidak mendapat petunjuk dengan ayat ini dan tidak mereka perhatikan jalan-jalan buat naju,merobek segala selubung pembungkus yang membungkus yang menutup penglihatan mereka selama ini terkunci sehingga mereka selama ini terhadap ilmu pengetahuan,atau merampalkan pintu yang selama ini terkunci sehingga mereka terkurung dalam bilik gelap,sebab dikunci erat-erat oleh pemuka-pemuka mereka sampai mereka meraba-raba dalam kegelapan bodoh,dan kalau ayat pembukaan wahyu ini tidak menggetarkan hati mereka,maka tidaklah mereka akan bangun lagi selama-lamanya”.

Ayat 1
“Bacalah dengan nama Tuhanmu yang mencipta”
             Kata iqra terambil dari kata kerja qara`a yang pada mulanya berarti menghimpun atau membacanya.Dengan demikian,realisasi perintah tersebut tidak mengharuskan adanya suatu teks tertulis sebagai objek bacaan,tidak pula harus diucapkan sehingga terdengar oleh orang lain.Karenanya ,dalam kamus ditemukan aneka ragam arti dari kata tersebut.Antara lain:menyampaikan,menelaah,membaca,mendalami,meneliti,mengetahui ciri-ciri sesuatu,yang ke semuanya bermuara pada arti menghimpun.
              Huruf ba` pada kata bismi ada juga yang memahaminya sebagai penyertaan atau mulabasah sehingga dngan demikian ayat tersebut berarti “bacalah disertai dengan nama Tuhanmu”. 
             Syeikh `Abdul Halim Mahmud (mantan Pemimpin Tertinggi al-Azhar Mesir) yang menulis dalam bukunya,al-Quran Fi Syahr al-Quran bahwa: “Dengan kalimat iqra bismi rabbik,al-Quran tidak sekedar memerintahkan untuk membaca ,tapi membaca adalah lambang  dari segala apa yang dilakukan oleh manusia ,baik yang sifatnya pasif maupun yang aktif.Kalimat tersebut dalam pengertian dan semangatnya ingin menyatakan `Bacalah demi Tuhanmu,bergeraklah demi Tuhanm,bekerjalaha demi Tuhanmu`,Demikian juga apabila kita berhenti bergerak atau berhenti melakukan sesuatu aktifitas,maka hendaklah hal tersebut juga didasarkan pada bismi rabbik sehingga pada akhirnya ayat tersebut berarti “Jadikanlah seluruh kehidupanmu,wujudmu,dalam cara dan tujuannya,kesemuanya itu demi karena Allah”.
             Kata rabb seakar dengan kata tarbiyah/pendidikan.Kata ini memiliki arti yang berbeda-beda namun pada akhirnya arti-arti itu mengacu kepada pengembangan,peningkatan,ketinggian,kelebihanserta perbaikan.Kata tarbiyah berasal dari kata raba-yarbu yang dari segi bahasa adalah kelebihan.Dataran tinggi dinamai rabwah,sejenis roti yang dicampur dengan air sehingga membengkak dan membesar ar-rabw.
             Kata rabb appabila berdiri sendiri maka yang dmaksud adalah “Tuhan” yang tentunya antara lain karena dialah yang melakukan tarbiyah (pendidikan) yang pada hakikatnya adalah pengembangan,peningkatan serta perbaikan makhluk ciptaan-Nya.
             Kata Khalaqa dari segi pengertian kebahasaan memiliki sekian banyak arti,antara lain: menciptakan (dari tiada),menciptakan (tanpa satu contoh terlebih dahulu),mengukur,memperhalus,mengatur,membuat dan sebagainya.Kata ini biasanya memberikan tekanan tentang kehebatan dan kebesaran Allah dalam ciptaannya,Berbeda dengan kata ja`ala yang mengandug penekanan terhadap manfaat yang harus atau dapat diperoleh dari sesuatu yang dijadikan itu.
             Objek khalaqa pada ayat ini tidak disebutkan sehingga objeknya pun sebagaimana iqra` bersifat umum,dan dengan demikian Allah adalah pencipta smua makhluk.
             Menurut,Al-Maraghi secara harfiah ayat tersebut dapat diartikan Jadilah engkau seorang yang dapat membaca berkat kekuasaan dan kehendak Allah yang telah menciptakanmu,walaupun sebelumnya engkau tidak dapat melakukannya.(Al-Maraghi,hal 198).Selain itu ayat tersebut juga mengandung perintah agar manusia memiliki keimanan,yaitu berupa keyakinan terhadap adanya kekuasaan dan kehendak Allah,juga mengandung pesan tentang sumber ilmu pengetahuan.Pada ayat tersebut Allah swt menyuruh nabi Muhammad saw. Agar membaca.Sedangkan yang dibaca itu obyeknya bermacam-macam.Yaitu ada yang berupa ayat-ayat Allah yang  tertulis sebagaimana surah Al-alaq itu sendiri,dan dapat pula ayat-ayat Allah yang tidak tertulis seperti yang terdapat pada alam jagat raya dengan segala hukum kausalitas yang ada di dalamnya,dan pada diri manusia.Membaca ayat-ayat Allah yang ada dalam Al-Quran dapat menghasilkan ilmu agama Islam seperti Fiqih,Tauhid,akhlak dan sebagainya.Sedangkan membaca ayat-ayat Allah yang ada di jagat raya dapat menghasilkan sains seperti fisika,biologi,kimia,astronomi,dan lain sebagainya.selanjutnya,dengan membaca ayat-ayat Allah yang ada dalam diri manusia akan menghasilkan sains seperti ilmu kedokteran dan ilmu tentang raga dan dari segi tingkah lau menghasilkan ilmu ekonomi,ilmu politik,ilmu sosiologi dan sebagainya.Pemanfaatan ilmu tersebut harus ditujukan untuk mengenal,mendekatkan diri dan beribadah kepada Allah swt.adaengan demikian ayat pertama surah al-alaq ini terkait erat dengan obyek,sasaran dan tujuan pendidikan.
Ayat 2

Yang telah menciptakan manusia dari `alaq”.
             Ayat ini dan ayat-ayat berikut memperkenalkan Tuhan yang disembah oleh Nabi Muhammad saw.dan yang dierintahkan oleh ayat yang lalu untuk membaca dengan nama-Nya serta demi untuk-Nya.Dia adalah Tuhan yang telah menciptakan manusia yakni semua manusia-kecuali adam dan hawa-dari Alaq segumpal darah atau sesuatu yang bergantung di dinding rahim.
             Dalam memperkenalkan perbuatan-perbuatannya,penciptaan merupakan hal pertama yang dipertegas,karena ia merupakan persyaratan bagi terlaksananya perbuatan-perbuatan yng lain.Rincian mengenai pengenalan tersebut ditemukan dalam ayat-ayat yang turun kemudian,khususnya pada periode mekkah.Perlu digarisbawahi bahwa pengenalan tersebut tidak hanya tertuju kepada akal manusia tetapi jga kepada kesadaran batin dan instuisinya dan seluruh totalitas manusia,karena pengenalan akal semata-mata tidak berarti banyak.Sementara pengenalan hati dan diharapkan dapat membimbing akal dan pikiran sehingga anggota tubuh dapat menghasilkan perbuatan-perbuatan baik serta memelihara sifat-sifat terpuji.
             Kata al-insan/manusia terambil dari akar kata uns/senang,jinak  dan harmonisatau dari kata nis-y yang berarti lupa.Ada juga yang berpendapat berasal dar kata naus yakni gerak atau dinamika.
             Makna-makna diatas paling tidak memberikan gambaran sepintas tentang potensi atau sifat makhluk tersebut yakni bahwa ia memiliki sifat lupa,dan kemampuan bergerak yang melahirkan dinamika.Ia juga adalah makhluk yang selalu atau sewajarnya melahirkan rasa senang ,harmonisme dan kebahagiaan kepada pihak-pihak lain.
             Manusia adalah makhluk pertama yang disebut Allah dalam al-Qur`an melalui wahyu pertama.Bukan saja karena ia diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya,atau karena segala sesuatudalam alam raya ini diciptakan dan ditundukkan Allah demi kepentingannya,tetapi juga karena kitab suci al-Quran ditujukan kepada manusia guna menjadi pelita kehidupannya.Salah satu cara yang ditempuh oleh al-Quran untuk mengantar manusia mengahayati petunjuk-petunjuk Allah adalah memperkenalkan jati dirinya antara lain dengan menguraikan proses kejadiannya.Ayat kedua surah iqra` menguraikan secara singkat hal tersebut.
             Kata alaq dalam kamus-kamus bahasa arab digunakan dalam arti segumpal darah,juga dalam arti cacing yang terdapat di dalam air bila diminum oleh binatang maka ia tersangkut di kerongkongannya.Banyak ulama masa lampau memahami ayat di atas dalam pengertian pertama.Tetapi ada juga yang memahaminya dalam arti sesuatu yang tergantung di dinding rahim.Ini karena para pakar embriologi menyatakan bahwa setelah terjadinya pertemuan antara sperma dan indung telur ia berproses  dan membelah menjadi dua,kemudian empat,kemudian delapan demikian seterusnya sambil bergerak menuju  ke kantong kehamilan dan melekat berdempet serta masuk ke dalam dinding rahim.
             Bila juga kta  alaq dipahami sebagai berbicara tentang sifat manusia sebagai makluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tetapi selalu bergantung kepada selainnya.Ini serupa dengan firman Allah khuliqa al-insanu min `ajall manusia diciptakan (bersifat tergesa-gesa) . (Q.S al-Anbiya [21];37).               
             Menurut al-Maraghi ayat tersebut menjelaskan bahwa Dialah (Allah) yang menjadikan manusia dari segumpal darah menjadi makhluk yang paling mulia,dan selanjutnya Allah memberikan potensi (Al-qudrah) untuk berasimilasi dengan segala sesuatu yang ada di alam jagat raya yang selanjutnya bergerak dengan kekuasaan-Nya,sehingga ia menjadi makhluk yang sempurna,dan dapat menguasai bumi dengan segala isinya.Kekuasaan Allah itu telah diperlibatkan ketika Dia memberikan kemampuan membaca kepada Nabi Muhammad saw,sekalipun sebelum itu ia belum pernah belajar membaca.(Al-Maraghi,hal 199).Dengan demikian ayat ini memberikan informasi tentang pentingnya memahami asal-usul dan proses kejadiannyadengan segenap potensi yang ada dalam dirinya.

Ayat 3
“Bacalah dan Tuhanmu maha pemurah”
             Setelah memerintahkan membaca dengan meningkatkan motivasinya yakni dengan nama Allah,kini ayat di atas memerintahkan membaca dengan menyampaikan janji Allah atas manfaat membaca itu.Allah berfirman: Bacalah berulang-ulang dan Tuhan pemelihara dan pendidik-mu Maha pemurah sehingga akan melimpahkan aneka karunia.
             Ayat ketiga diatas mengulangi perintah membaca.Ulama berbeda pendapat tentang tujuan pengulangan itu.Ada yang menyatakan bahwa perintah tentang tujuan pengulangan itu.Ada yang menyatakan bahwa perintah pertama ditujukan kepada pribadi Nabi Muhammad saw.,sedang yang kedua kepada umatnya,atau yang pertama untuk membaca dalam shalat,sedang yang kedua di luar shalat.Pendapat ketiga menyatakan yang  pertama perintah belajar,sedang kedua adalah perintah mengajar orang lain.Ada lagi yang menyatakan bahwa perintah kedua berfungsi mengukuhkan guna menanamkan rasa “percaya diri” kepada Nabi Muhammad saw.,tentang kemampuan beliau membaca-karena tadinya beliau tidak pernah membaca.
             Hemat penulis,perintah membaca yang kedua ini dimaksudkan agar beliau lebih banyak membaca,menelaah,memperhatikan alam raya,serta membaca kitab yang tertulis dan tidak tertulis dalam rangka mempersiapkan diri terjun ke masyarakat.
             Kata al-akram biasa diterjemahkan dengan yang mahal/paling pemurah atau semulia-mulia.Kata ini terambil dari kata karama yang antara lain berarti : memberikan dengan mudah dan tanpa pamrih,bernilai tinggi,terhormat,mulia,setia dan sifat kebangsawan.
             Penyifatan Rabb dengan karim menunjukkan bahwa karam (anugerah kemurahan-Nya dalam berbagai aspek),dikaitkan dengan Rububiyyah-Nya,sehingga anugerah tersebut dalam kadar dan waktunya selalu berbarengan serta bertujuan perbaikan dan pemeliharan.
             Kata  al-akram yang berbentuk superlatif adalah satu-satunya ayat di dalam al-Qur`an yang menyifati Tuhan dalam bentuk tersebut.Ini mengandung pengertian bahwa Dia dapat menganugerahkan punca dari segala yang terpuji bagi setiap hambaNya terutama dalam kaitannya dengan perintah membaca,Dari sini kita tidak wajar  memahami perintah membaca yang kedua ini hanya terbatas tujuannya untuk menolak alasan Nabi “saya tidak dapat membaca”,tidak pula sekadar untuk menanamkan rasa percaya diri,atau berfungsi pengganti “mengulang-ulangi bacaan,” tetapi jauh lebih dalam dan lebih luas,seluas pengertian kata Akram yang berbentuk superlatif dan seluas kata karam yang menyifati Allah swt.sebagai makhluk kita dapat menjangkau betapa besar karam Allah swt. Karena keterbatasan kita di hadapan-Nya.Namun demikian sebagian darinya dapat diungkapkan sebagai berikut:
             “Bacalah wahai Nabi Muhammad,Tuhanmu akan menganugerahkan dengan sifat kemurahannya pengetahuan tentang pa yang tidak engkau ketahui.Bacalah dan ulangi bacaan tersebut walaupun objek bacaannya sama,niscaya Tuhanmu akan memberikan pandangan serta pengertian baru yang tadinya engkau belum peroleh pada bacaan pertama dalam objek tersebut,” “Bacalah dan ulangi bacaan,Tuhanmu akan memberi manfaat kepadamu,manfaat yang banyak tidak terhingga karena Dia Akram,memiliki segala macam  kesempurnaan”.
             Disini kita dapat melihat perbedaan antara perintah membaca pada ayat pertama dan perintah perbedaan antara perintah membaca pada ayat ketiga,yakni yang pertama menjelaskan syarat yang harus dipenuhi seseorang ketika membaca (dalam segala pengertian) yaitu membaca demi karena Allah,sedang perintah yang kedua menggambarkan manfaat yang diperoleh dari bacaan bahkan pengulangan bacaan tersebut.
             Dalam ayat ketiga ini,Allah menjanjikan bahwa pada saat seseorang membaca dengan ikhlas karena Allah,maka Allah akan menganugerahkan kepadanya ilmu pengetahuan,pemahaman-pemahaman,wawasan-wawasan baru walaupun yang dibacanya itu-itu saja .Apa yang dijanjikan ini terbukti secara jelas.Kegiatan “membaca” ayat al-Quran menimbulkan penafsiran-penafsiran baru atau perkembangan dari pendapat-pendapat yang telah ada.Demikian juga,kegiatan “membaca”  alam raya ini telah menimbulkan penemuan-penemuan baru yang membuka rahasia-rahasia alam,walaupun objek bacaannya itu-itu juga.Ayat al-Quran yang dibaca oleh generasi terdahulu dan alam raya yang mereka huni,adalah sama tidak berbeda,namun pemahaman mereka serta penemuan rahasianya terus berkembang.
            
Ayat 4-5


“Yang mengajar dengan pena,mengajar manusia apa yang belum diketahui (nya)”.

             Ayat-ayat yang lalu menegaskan kemurahan Allah swt.Ayat diatas melanjutkan dengan memberi contoh sebagian dari kemurahan-Nya itu dengan menyatakan bahwa: Dia Yang Maha Pemurah itu yang mengajar  manusia dengan pena yakni dengan sarana dan usaha mereka,dan Dia juga yang mengajar manusia tanpa alat dan usaha mereka  apa yang belum diketahui-Nya.
             Kata al-qalam terambil dari kata kerja qalama yang berarti memotong ujung sesuatu.Memotong ujung kuku disebut taqlim .Tombak yang dipotong  ujungnya sehingga meruncing dinamai maqalim.Anak panah yang meruncing ujungnya dan yang bisa digunakan untuk mengundi dinamai pula qalam (baca QS.Al Imran [3];44).Alat yang digunakan untuk menulis dinamai pula qalam karena pada mulanya alat tersebut dibuat dari suatu bahan yang dipotong dan diperuncing ujungnya.
             Kata qalam disini dapat berarti hasil dari penggunaan alat tersebut,yakni tulisan.Ini karena bahasa,sering kali menggunakan kata yang berarti “alat” atau “penyebab” untuk menunjuk “akibat” atau “hasil” dari penyebab atau “hujan”,maka yang dimaksudkan dengan kata “hujan” adalah basah atau sakit,hujan adalah penyebab semata.
             Makna di atas dikuatkan oleh firman Allah dalam S.al-Qalam [68]: 1 yakni firman-Nya:Nun demi Qalam dan apa yang mereka tulis.Apalagi disebutkan dalam sekian banyak riwayat bahwa awal surah al-Qalam turun setelah akhir ayat kelima surah al-alaq.Ini berarti dari segi masa turunnya kedua kata qalam tersebut berkaitan erat,bahkan bersambung walaupun urutan penulisannya dalam mushaf tidak demikian.
Pada kedua ayat di atas terdapat apa yang dinamai ihtibak yan maksudnya adalah tidak disebutkan sesuatu keterangan,yang sewajarnya ada pada dua susunan kalimat yang bergandengan,karena keterangan yang dimaksud telah disebut  pada kalimat yang lain.Pada ayat ke 4 kata manusia tidak disebut karena telah disebut pada ayat ke 5,dan pada ayat ke 5 kalimat tana pena tidak dsebut karena telah disebut pada ayat 4 telah diisyaratkan makna itu dengan disebutnya pena.Dengan demikan kedua ayat di atas dapat berarti “Dia (Allah) mengajarkan dengan pena  (tulisan) (hal-hal yang telah diketahui manusia sebelumnya) dan Dia mengajarkan manusia (tanpa pena) apa yang belum diketahui sebelumnya.”Kalimat yang telah diketahui sebelumnya” disisipkan karena isyarat pada susunan kedua yaitu “yang belum atau tidak diketahui sebelumnya.”sedang kalimat “tanpa pena” ditambahkan karena adanya kata “dengan pena” dalam susunan pertama .Yang dimaksud dengan ungkapan “telah diketahui sebelumnya” adalah khazanah pengetahuan dalam bentuk tulisan.
             Dari uraian diatas kita dapat menyatakan bahwa kedua ayat diatas menjelaskan dua cara yang ditempuh Allah swt.dalam mengajar manusia.Pertama melalui pena (tulisan) yang harus dibaca oleh manusia,dan yang kedua melalui pengajaran secara langsung tanpa alat.Cara kedua ini dikenal dengan istilah `Ilm Launniy.
             Pada awal surah ini,Allah telah memperkenalkan diri sebagai Yang Maha Kuasa,Maha Mengetahui dan Maha Pemurah.Pengetahuan-Nya meliputi segala sesuatu.Sedangkan karam (kemurahan)-Nya tidak terbatas,sehingga Dia kuasa dan berkenan untuk mengajar manusia dengan atau tanpa pena.
             Wahyu-wahyu ilahi yang diterima oleh manusia-manusia agung yang siap dan suci jiwanya adalah tingkat tertinggi dari bentuk pengajaran-Nya tanpa alat dan tanpa usaha manusia.Nabi Muhammad saw.dijanjikan oleh Allah dalam wahyu-Nya yang pertama untuk termasuk dalam kelompok tersebut.

             Disebutkan dalam hadist hadist sahih, bahsa Nabi SAW mendatangi gua Hira' (Hira' adalah nama sebuah gunung di Mekkah) untuk tujuan beribadah selama beberapa hari. Beliau kembali pada istrinya Siti Khadijah  untuk mengambil bekal secukupnya. Hingga pada suatu hari di dalam gua beliau dikejutkan oleh kedatangan malaikat membawa wahyu Illahi. Malaikat berkata kepadanya, "Bacalah!" Beliau menjawab, "Saya tidak bisa membaca". Perawi mengatakan, bahwa untuk kedua kalinya malaikat memegang nabi dan menekan nekannya hingga nabi kepayahan, dan setelah itu dilepaskan. Malaikat berkata lagi kepadanya, "Bacalah!" Nabi menjawab, "saya tidak bisa membaca". Perawi mengatakan, bahwa untuk ketiga kalinya malaikat memegang nabi dan menekan-nekannya hingga beliau kepayahan. Setelah itu barulah nabi mengucapkan apa yang diucapkan oleh malaikat, yaitu surah Al-Alaq ayat 1-5.
















BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
          Berdasarkan  uraian tersebut di atas,kiranya dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1.Surah Al-Alaq  ayat 1 berisi penjelasan tentang asal-usul  kejadian manusia beserta sebagian sifat-sifatnya.
2.Surah Al-Alaq ayat 2 berisi penjelasan tentang kekuasaan Allah,yaitu bahwasanya ia berkuasa untuk menciptakan manusia,serta memberikan nikmat dan karunia berupa memberikan kemampuan membaca kepada Nabi Muhammad saw,dan berisi penjelasan tentang sifat Allah yang Maha Melihat terhadap segala perbuatan yang dilakukan manusia serta berkuasa untuk memberikanbalasan yang setimpal.
3.Surah Al-Alaq ayat 3 berisi penjelasan tentang perintah membaca kepada Nabi Muhammad saw,dalam arti yang seluas-luasnya.Yaitu membaca ayat-ayat yang tersurat dalam Al-Quran dan ayat-ayat yang tersirat dalam jagat raya.
4.Surah Al-Alaq ayat 4-5 berisi penjelasan tentang perlunya alat dalam melakukan kegiatan,seperti halnya,kalam yang diperlukan bagi upaya pengembangan dan pemeliharaan ilmu pengetahuan.Ayat tersebut juga berbicara tentang hal-hal yang mendasar,yaitu Tuhan,manusia,alam jagat raya dan kehidupan akhirat.

B. Saran
Demikianlah Makalah yang telah kami buat yang berjudul  asal-usul kejadian manusia atafsir surah Al-Alaq ayat 1-5, adapun dalam penulisan Makalah ini, masih sangat jauh dari kesempurnaan. Olehnya itu, kami selaku penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari Bapak Pembimbing yakni kritik dan saran yang membangun, agar dalam penulisan Makalah berikutnya, kami dapat menghasilkan karya yang lebih baik dari sebelumnya. Kemudian, kamipun ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak yang dengan ikhlas meluangkan waktunya yang sangat berharga untuk mendidik para mahasiswa-mahasiswinya. Akhir kata, kami selaku penulis sangat mengharapkan agar semoga Makalah yang sangat sederhana ini akan berbuah keberhasilan khususnya bagi penulis dan para pembaca.



DAFTAR PUSTAKA

      Al Maraghi, Ahmad Mustofa.Tafsir Al Maraghi,1987.
      Hamka,Tafsir Al-Azhar.Singapura:Pustaka Nasional PTE LTD Singapura,1998.
Nata,Abuddin.Tafsir ayat-ayat pendidikan.Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,2002.
Syihab,M.Quraish.Tafsir Al-Misbah Pesan,kesan dan keserasian Al-  Qur`an.Jakarta:Lentera Hati,2002.



















Tidak ada komentar:

Posting Komentar