Tugas Individu
ASAL-USUL KEHIDUPAN MANUSIA
Tafsir Surah
AL-Alaq ayat 1-5
DISUSUN
OLEH:
HUSNAINI
20404110038
DOSEN
PEMBIMBING:
Dr.H.Hamzah Harun Al-Rasyid,Lc,Ma.
JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2011/2012
KATA PENGANTAR
Sungguh
tiada suatu kesuksesan yang dapat diraih
kecuali atas perkenaan Yang Maha Kuasa. Oleh karena iu, maka selayaknya penulis
dalam mengawali penulisan Makalah yaitu asal-usul
kejadian manusia, dengan menyebut Asma dan mengucapkan syukur kehadirat-Nya.
Dialah yang memberi rahmat dan kekuatan sehingga makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik, kendatipun dalam penulisannya tidak sedikit
mengalami hambatan – hambatan.
Akhirnya penulis berserah diri,
karena sadar akan segala keterbatasan yang dimiliki serta kemampuan penulis
yang masih perlu ditingkatkan, tentunya tidaklah sesempurnah sebagaimana yang
diharapkan. Namun demikian, dengan penuh harapan dan doa, kami berharap semoga
Makalah ini dapat bermanfaat adanya, berguna bagi kami sebagai penulis dan
semoga pula Makalah yang sangat sederhana ini dapat membuka pengetahuan kita tentang
tafsir Al-quran. Sehingga kita dapat mengamalkannya sebagai dalam kehidupan
sehari-hari, sebagai wujud kecintaan kita pada Allah SWT.
Makassar,
6 maret 2011
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
Diantara sekian banyak
penemuan manusia dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedemikian
canggih, masih ada satu permasalahan yang hingga kini belum mampu dijawab dan
dijabarkan oleh manusia secara eksak dan ilmiah. Masalah itu ialah masalah tentang
asal usul kejadian manusia. Banyak ahli ilmu pengetahuan mendukung teori
evolusi yang mengatakan bahwa makhluk hidup (manusia) berasal dari makhluk yang
mempunyai bentuk maupun kemampuan yang sederhana kemudian mengalami evolusi dan
kemudian menjadi manusia seperti sekarang ini. Hal ini diperkuat dengan adanya
penemuan-penemuan ilmiah berupa fosil seperti jenis Pitheccanthropus dan
Meghanthropus.Di lain pihak banyak ahli agama yang menentang adanya
proses evolusi manusia tersebut. Hal ini didasarkan pada berita-berita dan
informasi-informasi yang terdapat pada kitab suci masing-masing agama yang
mengatakan bahwa Adam adalah manusia pertama. Yang menjadi pertanyaan adalah
termasuk dalam golongan manakah Adam ? Apakah golongan fosil yang ditemukan tadi atau golongan yang lain ? Lalu
bagaimanakah keterkaitannya ?Asal Usul
Manusia menurut IslamKita sebagai umat yang mengakui dan meyakini rukun
iman yang enam, maka sudah sepantasnya kita mengakui bahwa Al Qur’an adalah
satu-satunya literatur yang paling benar dan bersifat global bagi ilmu
pengetahuan.“Kitab (Al Qur’an) in tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi
mereka yang bertaqwa (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib…” (QS. Al
Baqarah (2) : 2-3)Dengan memperhatikan ayat tersebut maka kita seharusnya
tidak perlu berkecil hati menghadapi orang-orang yang menyangkal kebenaran
keterangan mengenai asal usul manusia. Hal ini dikarenakan mereka tidak
memiliki unsur utama yang dijelaskan dalam Al Qur’an yaitu Iman kepada yang
Ghaib. Ini sebenarnya tampak pula dalam pernyataan-pernyataan yang
dikeluarkan oleh mereka dalam menguraikan masalah tersebut yaitu selalu diawali
dengan kata kemungkinan, diperkirakan, dan sebagainya. Jadi sebenarnya
para ilmuwanpun ragu-ragu dengan apa yang mereka nyatakan.
Surah
al-alaq menjelaskan tentang asal-usul kejadian manusia,Surah al-alaq adalah
surah yang pertama kali diturunkan oleh Allah swt. Kepada Nabi Muhammad saw.Surah
ini dinamai Al-`Alaq,artinya “segumpal darah”.Dinamai demikian karena surah ini
berbicara tentang asal-usul kejadian manusia ,yang antara lain adalah segumpal
darah (al-alaq).Surah al-alaq adalah surah yang pertama turun,artinya surah ini tergolong dalam surah
makkiyah.Meskipun terdiri dari sembilan belas ayat,surah ini pertama kali
diturunkan Allah swt. Kepada Nabi Muhammad saw. Hanya lima ayat yang pertama.Ayat-ayat
selebihnya diturunkan kemudian.Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya,Rasulullah saw.sangat prihatin melihat kesesatan yang dialami oleh
masyarakat nya.Karena itu,beliau sering mengasingkan diri di Gua Hira untuk
memohon petunjuk dari Allah.Pada saat itulah,Allah menurunkan wahyu-Nya berupa
lima ayat pertama dari surah Al-`Alaq kepada nabi Muhammad melalui Malaikat
Jibril .Seperti umumnya surah Makkiyah ,surah Al-Alaq ini berbicara tentang
kemahakuasaan Allah Swt.Pada surah ini masalah tersebut dikaitkan dengan kejadian
manusia dan sifat-sifatnya.
Surah ini disepakati turun di
Mekkah sebelum Nabi Muhammad saw. Berhijrah,bahkan
hampir semua ulama sepakat bahwa wahyu Al-Quran pertama yang diterima oleh Nabi
Muhammad saw.thabathaba`I menulis,bahwa dari konteks uraian ayat-ayatnya,tidak
mustahil bahwa keseluruhan ayat-ayat surah ini turun sekaligus.Thahir
ibn`Asyur menyataka bahwa lima ayatnya yang
turun pada tanggal 17 ramadhan.Pendapat ini dianut oleh banyak ulama.
Namanya
yang populer pada masa sahabat Nabi saw. Adalah surah iqra bismi rabbika.Namanya yang
tercantum dalam sekian banyak
mushaf adalah surah Al-`alaq.Ada juga
yang menamainya surah iqra.
Tema utamanya adalah pengajaran kepada Nabi Muhammad
saw.serta penjelasan tentang Allah dalam sifat dan perbuatannya,dan bahwa dia
adalah sumber ilmu pengetahuan.Menurut al-Biqa`I tujuan utamanya adalah
perintah kepada manusia untuk menyembah Allah swt.Sang pencipta Yang Maha Kuasa,sebagai
tanda syukur kepada-Nya.
BAB
II
PEMBAHASAN
Surah Al-‘Alaq
(Segumpal
Darah)
Dengan menyebut Nama
Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
ٱقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذي خَلَقَ
1.
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhan-mu Yang menciptakan.
خَلَقَ الْإِنْسانَ مِنْ عَلَقٍ
2.
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
ٱقْرَأْ وَ رَبُّكَ الْأَكْرَمُ
3.
Bacalah, dan Tuhan-mulah Yang Maha Pemurah,
ٱلَّذي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ
4.
yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam.
عَلَّمَ الْإِنْسانَ ما لَمْ يَعْلَمْ
5.
Dia telah mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya
“Bacalah! Dengan nama Tuhanmu yang telah
mencipta.”(ayat 1).Dalam suku pertama saja,yaitu “bacalah”,telah terbuka
kepentingan pertama di dalam perkembangan agama ini selanjutnya.Nabi
s.a.w.disuruh membaca wahyu akan diturunkan kepada beliau itu di atas nama
Allah,Tuhan yang telah mencipta.Yaitu “Menciptakan
manusia dari segumpal darah”.(ayat 2).Yaitu peringkat yang kedua sesudah
nuthfah,yaitu segumpal air yang telah berpadu dari mani si laki-laki dengan
mani perempuan,yang setelah 40 hari lamanya,air itu telah menjelma jadi
segumpal air,dan dari segumpal darah,dan dari segumpal darah itu kelak akan
menjelma pula setelah melalui 40 hari,menjadi segumpal daging (Mudhghah).
Nabi
bukanlah orang yang pandai membaca.Beliau adalah ummi ,yang boleh diartikan buta huruf,tidak pandai menulis dan
tidak pula pandai membaca yang tertuis.Tetapi jibril mendesaknya juga sampai
tiga kali supaya dia membaca.Meskipun dia tidak pandai menulis,namun ayat-ayat
itu akan dibawa langsung oleh jibril kepadanya,diajarkan,sehingga dia dapat
menghafalnya diluar kepala,dengan sebab itu akan dapatlah dia membacanya.Tuhan
Allah yang menciptakan semuanya.Rasul yang tak pandai menulis dan membaca itu
akan pandai kelak membaca ayat-ayat yang diturunkan kepadanya.Sehingga bilamana
wahyu-wahyu itu telah turun kelak,dia akan diberi nama al-quran.Dan al-quran
itu pun artinya bacaan,seakan-akan Tuhan berfirman :”Bacalah,atas qudratKu dan iradatKu”.
Syaikh
Muhammad Abduh di dalam Tafsir Juzu` Ammanya menerangkan; yaitu Allah yang Maha
Kuasa menjadikan manusia daripada air mani,menjelma jadi darah
segumpal,kemudian jadi manusia penuh,niscaya kuasa pula menimbulkan kesanggupan
membaca pada seorang yang selama ini kita kenal ummi,tidak pandai membaca dan
menulis.Maka jika kita selidiki isi Hadis yang menerangkan bahwa tiga kali Nabi
disuruh membaca,tiga kali pula beliau menjawab secara jujur bahwa beliau tidak
pandai membaca,tiga kali pula Jibril memeluknya keras-keras,buat meyakinkan
baginya bahwa sejak saat itu kesanggupan membaca itu sudah ada padanya,apatah
lagi dia adalah al-insan al-kamil,manusia sempurna.Banyak lagi yang akan
dibacanya di belakang hari.Yang penting harus diketahuinya ialah bahwa dasar
segala yang akan dibacanya itu kelak tidak lain ialah dengan nama Allah jua.
“Bacalah! Dan Tuhan engkau itu adalah Maha Mulia.” (ayat
3).Setelah di ayat yang pertama beliau disuruh membaca diatas nama Allah yang
menciptakan insan dari segumpal darah,diteruskan lagi menyuruhnya membaca di
atas nama Tuhan.Sedang nama Tuhan yang selalu akan diambil jadi sandaran hidup
itu ialah Allah Yang Maha Mulia,Maha Dermawan,Maha Kasih dan sayang kepada
makhluk-Nya; “Dia yang mengajarkan dengan kalam.” (ayat 4).Itulah keistimewaan
Tuhan itu lagi.Itulah kemuliaanNya yang tertinggi.Yaitu diajarkanNya kepada manusia
berbagai ilmu,dibukaNya berbagai rahasia,diserahkan-Nya berbagai kunci untuk
pembuka perbendaharaan Allah,yaitu dengan qalam.Dengan pena! Disamping lidah
untuk membaca,Tuhan pun mentakdirkan pula bahwa dengan pena ilmu pengetahuan
dapat dicatat.Pena adalah bentuk beku dan kaku,tidak hidup,namun yang
dituliskan oleh pena itu adalah berbagai hal yang dapat difahamkan oleh manusia
“Mengajari manusia apa-apa yang dia tidak
ketahui”.(ayat 5).
Lebih
dahulu Allah ta`ala mengajar manusia mempergunakan qalam.Sesudah dia pandai
mempergunakan qalam itu banyaklah ilmu pengetahuan diberikan oleh Allah
kepadanya,sehingga dapat pula dicatatnya ilmu yang baru didapatnya itu dengan
qalam yang telah ada dalam tangannya;
“Ilmu
pengetahuan adalah laksana binatang buruan dan penulisan adalah tali pengikat
buruan itu.Oleh sebab itu ikatlah buaruanmu dengan tali yang teguh”.
Makna
di dalam susunan kelima ayat ini,sebagai ayat mula-mula turun kita menampak dengan
kata-kata singkat Tuhan telah menerangkan asal-usul kejadian seluruh manusia
yang semuanya sama,yaitu daripada segumpal darah,yang berasal dari segumpal
mani.Dan segumpal mani itu berasal dari saringan halus makanan manusia diambil
dari bumi.Yaitu dari hormon,kalori,vitamin dan berbagai zat yang lain,yang
semua diambil dari bumi yang semuanya ada dalam sayuran,buah-buahan makanan
pokok dan daging.Kemudian itu manusia bertambah besar dan dewasa.Yang
terpenting alat untuk menghubungkan dirinya dengan manusia yang sekitarnya
ialah kesanggupan berkata-kata dengan lidah,sebagai sambungan dari apa yang
terasa dalam hatinya.Kemudian bertambah juga kecerdasannya,maka diberikan
pulalah kepandaian menulis.
Di
dalam ayat yang mula turun ini telah jelas penilaian yang tertinggi kepada
kepandaian membaca dan menulis.Berkata Syaikh Muhammad Abduh dalam tafsirnya:
“Tidak didapat kata-kata yang lebih mendalam dan alasan yang lebih sempurna
daripada ayat ini didalam menyatakan kepentingan membaca dan menulis ilmu
pengetahuan dalam segala cabang dan bagian-bagiannya.Dengan itu mula dibuka
segala wahyu yang akan turun di belakang.Maka kalau kaum Muslimin tidak
mendapat petunjuk dengan ayat ini dan tidak mereka perhatikan jalan-jalan buat
naju,merobek segala selubung pembungkus yang membungkus yang menutup
penglihatan mereka selama ini terkunci sehingga mereka selama ini terhadap ilmu
pengetahuan,atau merampalkan pintu yang selama ini terkunci sehingga mereka
terkurung dalam bilik gelap,sebab dikunci erat-erat oleh pemuka-pemuka mereka
sampai mereka meraba-raba dalam kegelapan bodoh,dan kalau ayat pembukaan wahyu
ini tidak menggetarkan hati mereka,maka tidaklah mereka akan bangun lagi
selama-lamanya”.
“Bacalah
dengan nama Tuhanmu yang mencipta”
Kata iqra terambil
dari kata kerja qara`a yang pada
mulanya berarti menghimpun atau membacanya.Dengan demikian,realisasi perintah
tersebut tidak mengharuskan adanya suatu teks tertulis sebagai objek
bacaan,tidak pula harus diucapkan sehingga terdengar oleh orang lain.Karenanya
,dalam kamus ditemukan aneka ragam arti dari kata tersebut.Antara
lain:menyampaikan,menelaah,membaca,mendalami,meneliti,mengetahui ciri-ciri
sesuatu,yang ke semuanya bermuara pada arti menghimpun.
Huruf ba` pada kata bismi ada juga yang
memahaminya sebagai penyertaan atau mulabasah
sehingga dngan demikian ayat tersebut berarti “bacalah disertai dengan nama Tuhanmu”.
Syeikh `Abdul Halim Mahmud (mantan Pemimpin Tertinggi
al-Azhar Mesir) yang menulis dalam bukunya,al-Quran Fi Syahr al-Quran bahwa:
“Dengan kalimat iqra bismi rabbik,al-Quran tidak sekedar memerintahkan untuk
membaca ,tapi membaca adalah lambang
dari segala apa yang dilakukan oleh manusia ,baik yang sifatnya pasif
maupun yang aktif.Kalimat tersebut dalam pengertian dan semangatnya ingin
menyatakan `Bacalah demi Tuhanmu,bergeraklah demi Tuhanm,bekerjalaha demi
Tuhanmu`,Demikian juga apabila kita berhenti bergerak atau berhenti melakukan
sesuatu aktifitas,maka hendaklah hal tersebut juga didasarkan pada bismi rabbik
sehingga pada akhirnya ayat tersebut berarti “Jadikanlah seluruh
kehidupanmu,wujudmu,dalam cara dan tujuannya,kesemuanya itu demi karena Allah”.
Kata rabb seakar dengan kata tarbiyah/pendidikan.Kata
ini memiliki arti yang berbeda-beda namun pada akhirnya arti-arti itu mengacu
kepada pengembangan,peningkatan,ketinggian,kelebihanserta perbaikan.Kata
tarbiyah berasal dari kata raba-yarbu yang dari segi bahasa adalah
kelebihan.Dataran tinggi dinamai rabwah,sejenis roti yang dicampur dengan air
sehingga membengkak dan membesar ar-rabw.
Kata rabb appabila berdiri sendiri maka yang dmaksud
adalah “Tuhan” yang tentunya antara lain karena dialah yang melakukan tarbiyah
(pendidikan) yang pada hakikatnya adalah pengembangan,peningkatan serta
perbaikan makhluk ciptaan-Nya.
Kata Khalaqa dari segi pengertian kebahasaan memiliki
sekian banyak arti,antara lain: menciptakan (dari tiada),menciptakan (tanpa
satu contoh terlebih dahulu),mengukur,memperhalus,mengatur,membuat dan
sebagainya.Kata ini biasanya memberikan tekanan tentang kehebatan dan kebesaran
Allah dalam ciptaannya,Berbeda dengan kata ja`ala yang mengandug penekanan
terhadap manfaat yang harus atau dapat diperoleh dari sesuatu yang dijadikan
itu.
Objek khalaqa pada ayat ini tidak disebutkan sehingga
objeknya pun sebagaimana iqra` bersifat umum,dan dengan demikian Allah adalah
pencipta smua makhluk.
Menurut,Al-Maraghi secara harfiah ayat tersebut dapat
diartikan Jadilah engkau seorang yang
dapat membaca berkat kekuasaan dan kehendak Allah yang telah
menciptakanmu,walaupun sebelumnya engkau tidak dapat melakukannya.(Al-Maraghi,hal
198).Selain itu ayat tersebut juga mengandung perintah agar manusia memiliki
keimanan,yaitu berupa keyakinan terhadap adanya kekuasaan dan kehendak
Allah,juga mengandung pesan tentang sumber ilmu pengetahuan.Pada ayat tersebut
Allah swt menyuruh nabi Muhammad saw. Agar membaca.Sedangkan yang dibaca itu
obyeknya bermacam-macam.Yaitu ada yang berupa ayat-ayat Allah yang tertulis sebagaimana surah Al-alaq itu
sendiri,dan dapat pula ayat-ayat Allah yang tidak tertulis seperti yang terdapat
pada alam jagat raya dengan segala hukum kausalitas yang ada di dalamnya,dan
pada diri manusia.Membaca ayat-ayat Allah yang ada dalam Al-Quran dapat
menghasilkan ilmu agama Islam seperti Fiqih,Tauhid,akhlak dan
sebagainya.Sedangkan membaca ayat-ayat Allah yang ada di jagat raya dapat
menghasilkan sains seperti fisika,biologi,kimia,astronomi,dan lain
sebagainya.selanjutnya,dengan membaca ayat-ayat Allah yang ada dalam diri
manusia akan menghasilkan sains seperti ilmu kedokteran dan ilmu tentang raga
dan dari segi tingkah lau menghasilkan ilmu ekonomi,ilmu politik,ilmu sosiologi
dan sebagainya.Pemanfaatan ilmu tersebut harus ditujukan untuk
mengenal,mendekatkan diri dan beribadah kepada Allah swt.adaengan demikian ayat
pertama surah al-alaq ini terkait erat dengan obyek,sasaran dan tujuan
pendidikan.
Ayat
2
“Yang telah menciptakan manusia dari `alaq”.
Ayat ini dan ayat-ayat berikut memperkenalkan Tuhan yang
disembah oleh Nabi Muhammad saw.dan yang dierintahkan oleh ayat yang lalu untuk
membaca dengan nama-Nya serta demi untuk-Nya.Dia adalah Tuhan yang telah
menciptakan manusia yakni semua manusia-kecuali adam dan hawa-dari Alaq
segumpal darah atau sesuatu yang bergantung di dinding rahim.
Dalam memperkenalkan perbuatan-perbuatannya,penciptaan
merupakan hal pertama yang dipertegas,karena ia merupakan persyaratan bagi
terlaksananya perbuatan-perbuatan yng lain.Rincian mengenai pengenalan tersebut
ditemukan dalam ayat-ayat yang turun kemudian,khususnya pada periode
mekkah.Perlu digarisbawahi bahwa pengenalan tersebut tidak hanya tertuju kepada
akal manusia tetapi jga kepada kesadaran batin dan instuisinya dan seluruh
totalitas manusia,karena pengenalan akal semata-mata tidak berarti
banyak.Sementara pengenalan hati dan diharapkan dapat membimbing akal dan pikiran
sehingga anggota tubuh dapat menghasilkan perbuatan-perbuatan baik serta
memelihara sifat-sifat terpuji.
Kata al-insan/manusia
terambil dari akar kata uns/senang,jinak
dan harmonisatau dari kata nis-y yang
berarti lupa.Ada juga yang
berpendapat berasal dar kata naus yakni
gerak atau dinamika.
Makna-makna diatas paling tidak memberikan gambaran
sepintas tentang potensi atau sifat makhluk tersebut yakni bahwa ia memiliki
sifat lupa,dan kemampuan bergerak yang melahirkan dinamika.Ia juga adalah
makhluk yang selalu atau sewajarnya melahirkan rasa senang ,harmonisme dan
kebahagiaan kepada pihak-pihak lain.
Manusia adalah makhluk pertama yang disebut Allah dalam
al-Qur`an melalui wahyu pertama.Bukan saja karena ia diciptakan dalam bentuk
yang sebaik-baiknya,atau karena segala sesuatudalam alam raya ini diciptakan
dan ditundukkan Allah demi kepentingannya,tetapi juga karena kitab suci
al-Quran ditujukan kepada manusia guna menjadi pelita kehidupannya.Salah satu
cara yang ditempuh oleh al-Quran untuk mengantar manusia mengahayati
petunjuk-petunjuk Allah adalah memperkenalkan jati dirinya antara lain dengan
menguraikan proses kejadiannya.Ayat kedua surah iqra` menguraikan secara
singkat hal tersebut.
Kata alaq dalam
kamus-kamus bahasa arab digunakan dalam arti segumpal darah,juga dalam arti cacing
yang terdapat di dalam air bila diminum oleh binatang maka ia tersangkut di
kerongkongannya.Banyak ulama masa lampau memahami ayat di atas dalam pengertian
pertama.Tetapi ada juga yang memahaminya dalam arti sesuatu yang tergantung di dinding rahim.Ini karena para pakar
embriologi menyatakan bahwa setelah terjadinya pertemuan antara sperma dan
indung telur ia berproses dan membelah
menjadi dua,kemudian empat,kemudian delapan demikian seterusnya sambil bergerak
menuju ke kantong kehamilan dan melekat
berdempet serta masuk ke dalam dinding rahim.
Bila juga kta alaq dipahami sebagai berbicara tentang
sifat manusia sebagai makluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tetapi
selalu bergantung kepada selainnya.Ini serupa dengan firman Allah khuliqa al-insanu min `ajall manusia
diciptakan (bersifat tergesa-gesa) . (Q.S al-Anbiya [21];37).
Menurut al-Maraghi ayat tersebut menjelaskan bahwa Dialah (Allah) yang menjadikan manusia dari
segumpal darah menjadi makhluk yang paling mulia,dan selanjutnya Allah
memberikan potensi (Al-qudrah) untuk berasimilasi dengan segala sesuatu yang
ada di alam jagat raya yang selanjutnya bergerak dengan kekuasaan-Nya,sehingga
ia menjadi makhluk yang sempurna,dan dapat menguasai bumi dengan segala
isinya.Kekuasaan Allah itu telah diperlibatkan ketika Dia memberikan kemampuan
membaca kepada Nabi Muhammad saw,sekalipun sebelum itu ia belum pernah belajar
membaca.(Al-Maraghi,hal 199).Dengan demikian ayat ini memberikan informasi
tentang pentingnya memahami asal-usul dan proses kejadiannyadengan segenap
potensi yang ada dalam dirinya.
“Bacalah
dan Tuhanmu maha pemurah”
Setelah memerintahkan membaca dengan meningkatkan
motivasinya yakni dengan nama Allah,kini ayat di atas memerintahkan membaca
dengan menyampaikan janji Allah atas manfaat membaca itu.Allah berfirman: Bacalah berulang-ulang dan Tuhan pemelihara dan pendidik-mu Maha pemurah sehingga akan
melimpahkan aneka karunia.
Ayat ketiga diatas mengulangi perintah membaca.Ulama
berbeda pendapat tentang tujuan pengulangan itu.Ada yang menyatakan bahwa
perintah tentang tujuan pengulangan itu.Ada yang menyatakan bahwa perintah
pertama ditujukan kepada pribadi Nabi Muhammad saw.,sedang yang kedua kepada
umatnya,atau yang pertama untuk membaca dalam shalat,sedang yang kedua di luar
shalat.Pendapat ketiga menyatakan yang
pertama perintah belajar,sedang kedua adalah perintah mengajar orang
lain.Ada lagi yang menyatakan bahwa perintah kedua berfungsi mengukuhkan guna
menanamkan rasa “percaya diri” kepada Nabi Muhammad saw.,tentang kemampuan
beliau membaca-karena tadinya beliau tidak pernah membaca.
Hemat penulis,perintah membaca yang kedua ini
dimaksudkan agar beliau lebih banyak membaca,menelaah,memperhatikan alam
raya,serta membaca kitab yang
tertulis dan tidak tertulis dalam rangka mempersiapkan diri terjun ke
masyarakat.
Kata al-akram biasa
diterjemahkan dengan yang mahal/paling
pemurah atau semulia-mulia.Kata ini terambil dari kata karama yang antara lain berarti : memberikan dengan mudah dan tanpa pamrih,bernilai
tinggi,terhormat,mulia,setia dan sifat kebangsawan.
Penyifatan Rabb dengan karim menunjukkan bahwa karam
(anugerah kemurahan-Nya dalam berbagai aspek),dikaitkan dengan Rububiyyah-Nya,sehingga anugerah
tersebut dalam kadar dan waktunya selalu berbarengan serta bertujuan perbaikan
dan pemeliharan.
Kata al-akram yang berbentuk superlatif adalah
satu-satunya ayat di dalam al-Qur`an yang menyifati Tuhan dalam bentuk
tersebut.Ini mengandung pengertian bahwa Dia dapat menganugerahkan punca dari
segala yang terpuji bagi setiap hambaNya terutama dalam kaitannya dengan
perintah membaca,Dari sini kita tidak wajar
memahami perintah membaca yang kedua ini hanya terbatas tujuannya untuk
menolak alasan Nabi “saya tidak dapat membaca”,tidak pula sekadar untuk
menanamkan rasa percaya diri,atau berfungsi pengganti “mengulang-ulangi
bacaan,” tetapi jauh lebih dalam dan lebih luas,seluas pengertian kata Akram yang berbentuk superlatif dan
seluas kata karam yang menyifati
Allah swt.sebagai makhluk kita dapat menjangkau betapa besar karam Allah swt. Karena keterbatasan
kita di hadapan-Nya.Namun demikian sebagian darinya dapat diungkapkan sebagai
berikut:
“Bacalah wahai Nabi Muhammad,Tuhanmu akan
menganugerahkan dengan sifat kemurahannya pengetahuan tentang pa yang tidak
engkau ketahui.Bacalah dan ulangi bacaan tersebut walaupun objek bacaannya
sama,niscaya Tuhanmu akan memberikan pandangan serta pengertian baru yang
tadinya engkau belum peroleh pada bacaan pertama dalam objek tersebut,”
“Bacalah dan ulangi bacaan,Tuhanmu akan memberi manfaat kepadamu,manfaat yang
banyak tidak terhingga karena Dia Akram,memiliki
segala macam kesempurnaan”.
Disini kita dapat melihat perbedaan antara perintah
membaca pada ayat pertama dan perintah perbedaan antara perintah membaca pada
ayat ketiga,yakni yang pertama menjelaskan syarat yang harus dipenuhi seseorang
ketika membaca (dalam segala pengertian) yaitu membaca demi karena Allah,sedang
perintah yang kedua menggambarkan manfaat yang diperoleh dari bacaan bahkan
pengulangan bacaan tersebut.
Dalam ayat ketiga ini,Allah menjanjikan bahwa pada saat
seseorang membaca dengan ikhlas karena Allah,maka Allah akan menganugerahkan
kepadanya ilmu pengetahuan,pemahaman-pemahaman,wawasan-wawasan baru walaupun
yang dibacanya itu-itu saja .Apa yang dijanjikan ini terbukti secara
jelas.Kegiatan “membaca” ayat al-Quran menimbulkan penafsiran-penafsiran baru
atau perkembangan dari pendapat-pendapat yang telah ada.Demikian juga,kegiatan
“membaca” alam raya ini telah
menimbulkan penemuan-penemuan baru yang membuka rahasia-rahasia alam,walaupun
objek bacaannya itu-itu juga.Ayat al-Quran yang dibaca oleh generasi terdahulu
dan alam raya yang mereka huni,adalah sama tidak berbeda,namun pemahaman mereka
serta penemuan rahasianya terus berkembang.
Ayat
4-5
“Yang
mengajar dengan pena,mengajar manusia apa yang belum diketahui (nya)”.
Ayat-ayat yang lalu menegaskan kemurahan Allah swt.Ayat
diatas melanjutkan dengan memberi contoh sebagian dari kemurahan-Nya itu dengan
menyatakan bahwa: Dia Yang Maha Pemurah itu yang mengajar manusia dengan pena yakni dengan sarana dan
usaha mereka,dan Dia juga yang mengajar
manusia tanpa alat dan usaha mereka apa yang belum diketahui-Nya.
Kata al-qalam terambil
dari kata kerja qalama yang berarti memotong ujung sesuatu.Memotong ujung
kuku disebut taqlim .Tombak yang
dipotong ujungnya sehingga meruncing
dinamai maqalim.Anak panah yang
meruncing ujungnya dan yang bisa digunakan untuk mengundi dinamai pula qalam (baca QS.Al Imran [3];44).Alat
yang digunakan untuk menulis dinamai pula qalam
karena pada mulanya alat tersebut dibuat dari suatu bahan yang dipotong dan
diperuncing ujungnya.
Kata qalam disini dapat berarti hasil dari penggunaan alat tersebut,yakni tulisan.Ini karena
bahasa,sering kali menggunakan kata yang berarti “alat” atau “penyebab” untuk
menunjuk “akibat” atau “hasil” dari penyebab atau “hujan”,maka yang dimaksudkan
dengan kata “hujan” adalah basah atau sakit,hujan adalah penyebab semata.
Makna di atas dikuatkan oleh firman Allah dalam
S.al-Qalam [68]: 1 yakni firman-Nya:Nun
demi Qalam dan apa yang mereka tulis.Apalagi disebutkan dalam sekian banyak
riwayat bahwa awal surah al-Qalam turun setelah akhir ayat kelima surah
al-alaq.Ini berarti dari segi masa turunnya kedua kata qalam tersebut berkaitan erat,bahkan bersambung walaupun urutan
penulisannya dalam mushaf tidak demikian.
Pada kedua ayat di atas
terdapat apa yang dinamai ihtibak yan
maksudnya adalah tidak disebutkan sesuatu keterangan,yang sewajarnya ada pada
dua susunan kalimat yang bergandengan,karena keterangan yang dimaksud telah
disebut pada kalimat yang lain.Pada ayat
ke 4 kata manusia tidak disebut karena telah disebut pada ayat ke 5,dan pada
ayat ke 5 kalimat tana pena tidak
dsebut karena telah disebut pada ayat 4 telah diisyaratkan makna itu dengan
disebutnya pena.Dengan demikan kedua ayat di atas dapat berarti “Dia (Allah) mengajarkan dengan pena (tulisan) (hal-hal yang telah diketahui
manusia sebelumnya) dan Dia mengajarkan
manusia (tanpa pena) apa yang belum
diketahui sebelumnya.”Kalimat yang telah diketahui sebelumnya” disisipkan
karena isyarat pada susunan kedua yaitu “yang belum atau tidak diketahui
sebelumnya.”sedang kalimat “tanpa pena” ditambahkan karena adanya kata “dengan
pena” dalam susunan pertama .Yang dimaksud dengan ungkapan “telah diketahui
sebelumnya” adalah khazanah pengetahuan dalam bentuk tulisan.
Dari uraian diatas kita dapat menyatakan bahwa kedua
ayat diatas menjelaskan dua cara yang ditempuh Allah swt.dalam mengajar
manusia.Pertama melalui pena (tulisan) yang harus dibaca oleh manusia,dan yang
kedua melalui pengajaran secara langsung tanpa alat.Cara kedua ini dikenal
dengan istilah `Ilm Launniy.
Pada awal surah ini,Allah telah memperkenalkan diri
sebagai Yang Maha Kuasa,Maha Mengetahui dan Maha Pemurah.Pengetahuan-Nya
meliputi segala sesuatu.Sedangkan karam (kemurahan)-Nya
tidak terbatas,sehingga Dia kuasa dan berkenan untuk mengajar manusia dengan
atau tanpa pena.
Wahyu-wahyu ilahi yang diterima oleh manusia-manusia
agung yang siap dan suci jiwanya adalah tingkat tertinggi dari bentuk
pengajaran-Nya tanpa alat dan tanpa usaha manusia.Nabi Muhammad
saw.dijanjikan oleh Allah dalam wahyu-Nya yang pertama untuk termasuk dalam
kelompok tersebut.
Disebutkan dalam hadist hadist
sahih, bahsa Nabi SAW mendatangi gua Hira' (Hira' adalah nama sebuah gunung di
Mekkah) untuk tujuan beribadah selama beberapa hari. Beliau kembali pada
istrinya Siti Khadijah untuk mengambil
bekal secukupnya. Hingga pada suatu hari di dalam gua beliau dikejutkan oleh
kedatangan malaikat membawa wahyu Illahi. Malaikat berkata kepadanya,
"Bacalah!" Beliau menjawab, "Saya tidak bisa membaca".
Perawi mengatakan, bahwa untuk kedua kalinya malaikat memegang nabi dan menekan
nekannya hingga nabi kepayahan, dan setelah itu dilepaskan. Malaikat berkata
lagi kepadanya, "Bacalah!" Nabi menjawab, "saya tidak bisa
membaca". Perawi mengatakan, bahwa untuk ketiga kalinya malaikat memegang
nabi dan menekan-nekannya hingga beliau kepayahan. Setelah itu barulah nabi
mengucapkan apa yang diucapkan oleh malaikat, yaitu surah Al-Alaq ayat 1-5.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian tersebut di atas,kiranya dapat ditarik
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1.Surah
Al-Alaq ayat 1 berisi penjelasan tentang
asal-usul kejadian manusia beserta
sebagian sifat-sifatnya.
2.Surah
Al-Alaq ayat 2 berisi penjelasan tentang kekuasaan Allah,yaitu bahwasanya ia
berkuasa untuk menciptakan manusia,serta memberikan nikmat dan karunia berupa
memberikan kemampuan membaca kepada Nabi Muhammad saw,dan berisi penjelasan
tentang sifat Allah yang Maha Melihat terhadap segala perbuatan yang dilakukan
manusia serta berkuasa untuk memberikanbalasan yang setimpal.
3.Surah
Al-Alaq ayat 3 berisi penjelasan tentang perintah membaca kepada Nabi Muhammad
saw,dalam arti yang seluas-luasnya.Yaitu membaca ayat-ayat yang tersurat dalam Al-Quran
dan ayat-ayat yang tersirat dalam jagat raya.
4.Surah
Al-Alaq ayat 4-5 berisi penjelasan tentang perlunya alat dalam melakukan
kegiatan,seperti halnya,kalam yang diperlukan bagi upaya pengembangan dan
pemeliharaan ilmu pengetahuan.Ayat tersebut juga berbicara tentang hal-hal yang
mendasar,yaitu Tuhan,manusia,alam jagat raya dan kehidupan akhirat.
B. Saran
Demikianlah
Makalah yang telah kami buat yang berjudul asal-usul kejadian manusia atafsir surah
Al-Alaq ayat 1-5, adapun dalam penulisan Makalah ini, masih sangat jauh dari
kesempurnaan. Olehnya itu, kami selaku penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran dari Bapak Pembimbing yakni kritik dan saran yang membangun, agar dalam
penulisan Makalah berikutnya, kami dapat menghasilkan karya yang lebih baik
dari sebelumnya. Kemudian, kamipun ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak
yang dengan ikhlas meluangkan waktunya yang sangat berharga untuk mendidik para
mahasiswa-mahasiswinya. Akhir kata, kami selaku penulis sangat mengharapkan
agar semoga Makalah yang sangat sederhana ini akan berbuah keberhasilan
khususnya bagi penulis dan para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Al Maraghi, Ahmad Mustofa.Tafsir
Al Maraghi,1987.
Hamka,Tafsir
Al-Azhar.Singapura:Pustaka Nasional PTE LTD Singapura,1998.
Nata,Abuddin.Tafsir ayat-ayat pendidikan.Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,2002.
Syihab,M.Quraish.Tafsir
Al-Misbah Pesan,kesan dan keserasian Al-
Qur`an.Jakarta:Lentera Hati,2002.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar