KATA PENGATAR
Puji
syukur kehadirat Allah SWT atas hidayah dan rahmat-Nya kepada kami sehingga
laporan ini dapat selesai tepat pada waktunya. Tak lupa kami kirimkan salawat
kepada Rasulllah SAW sebagai rahmatan Lil alamin.
Ucapan
terima kasih tak lupa kami sampaikan kepada semua pihak atas partisipasinya
dalam penyusunan makalah ini baik partisipasi berupa materi maupun pikirin dan
tenaga.
Kami
juga meminta maaf jika dalam makalah ini terdapat kesalahan dan tidak berkenan
dihati. Karena kami hanya manusia biasa yang tak luput dari kekurangan. Sekian
Paria, Mei 2011
Penyusun
Kelompok
7
DAFTAR
ISI
Kata
pengantar ....................................................................................... i
Daftar
isi ................................................................................................. ii
BAB
I Pendahuluan................................................................................ 1
A.
Latar Belakang ........................................................................... 1
B.
Tujuan ......................................................................................... 1
C.
Rumusan Masalah ...................................................................... 2
BAB II Pembahasan .............................................................................. 3
A.
Konsep spiritual
.......................................................................... 3
B.
Pola normal
spiritual ................................................................... 5
C.
Perkembangan
aspek spiritual .................................................... 7
D.
Faktor yang
mempengaruhi spiritual .......................................... 10
BAB III Penutup ................................................................................... 12
A.
Kesimpulan ................................................................................. 12
B.
Saran ........................................................................................... 12
Daftar pustaka ........................................................................................ 13
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Manusia dalam perspektif merupakan
individu, keluarga atau masyarakat yang memiliki masalah spirual dan
membutuhkan bantuan untuk dapat memelihara, mempertahankan dan meningkatkan
spiritualnya dalam kondisi optimal. Sebagai seorang manusia, manusia memiliki
beberapa peran dan fungsi seperti sebagai makhluk individu, makhluk sosial, dan
makhluk Tuhan. Berdasarkan hakikat tersebut, maka perkembangan memandang
manusia sebagai mahluk yang holistik yang terdiri atas aspek fisiologis,
psikologis, sosiologis, kultural dan spiritual. Tidak terpenuhinya kebutuhan
manusia pada salah satu diantara dimensi di atas akan menyebabkan ketidaksejahteraan
atau keadaan tidak sehat. Kondisi tersebut dapat dipahami mengingat dimensi
fisik, psikologis, sosial, spiritual, dan kultural merupakan satu kesatuan yang
saling berhubungan. Tiap bagian dari individu tersebut tidaklah akan mencapai kesejahteraan
tanpa keseluruhan bagian tersebut sejahtera. Kesadaran akan pemahaman tersebut
melahirkan keyakinan dalam psikologi perkembangan anak bahwa pemberian asuhan
spiritual hendaknya bersifat komprehensif atau holistik, yang tidak saja
memenuhi kebutuhan fisik, psikologis, sosial, dan kultural tetapi juga
kebutuhan spiritual manusia. Sehingga, pada nantinya manusia akan dapat
merasakan kesejahteraan yang tidak hanya terfokus pada fisik maupun psikologis
saja, tetapi juga kesejateraan dalam aspek spiritual. Kesejahteraan spiritual
adalah suatu faktor yang terintegrasi dalam diri seorang individu secara
keseluruhan, yang ditandai oleh makna dan harapan. Spiritualitas memiliki
dimensi yang luas dalam kehidupan seseorang sehingga dibutuhkan pemahaman yang
baik dari psikologi sehingga mereka dapat mengaplikasikannya dalam pemberian asuhan
psikologi kepada manusia.
B. Tujuan
1. Untuk
memenuhi kebutuhan Mata Kuliah Psikologi Perkembangan Anak
2. Mengetahui
konsep spiritual secara umum
3. Mengetahui
pola normal spiritual
4. Mampu
menganalisa hal-hal yang mampu mempengaruhi spiritual individu
C. Rumusan
Masalah
Identifikasi
permasalahan berdasarkan materi yang dipelajari yaitu Konsep Spiritual terdiri
dari:
1. Bagaimana
membuat pola normal spiritual ?
2. Bagaiman
menganalisa berbagai hal dan kondisi yang mampu mempengaruhi spiritual?
3. Bagaimana
menganalisa perubahan fungsi spiritual berdasarkan karakteristik spiritual?
BAB
II
PEMBAHASAN
Manusia
terdiri dari dimensi fisik, emosi, intelektual, sosial dan spiritual dimana
setiap dimensi harus dipenuhi kebutuhannya. Seringkali permasalahan yang mucul
pada manusia ketika mengalami suatu kondisi dengan penyakit tertentu
mengakibatkan terjadinya masalah psikososial dan spiritual. Ketika manusia
mengalami penyakit, kehilangan dan stres, kekuatan spiritual dapat membantu
individu tersebut menuju penyembuhan dan terpenuhinya tujuan dengan atau
melalui pemenuhan kebutuhan spiritual. Penelitan menyebutkan seseorang
dinyatakan usianya tinggal beberapa bulan, tetapi karena ia memiliki koping
yang baik berdasarkan pengalaman agamanya, ia tetap bahagia menjalani
hari-harinya dengan bernyanyi dan ceria, membuat puisi-puisi yang indah.
Ternyata orang tersebut mampu bertahan hingga bartahun-tahun. Kemudian
penelitian yang dilakukan oleh Pressman, menunjukkan bahwa wanita lanjut usia
yang menderita farktur tulang pinggul yang kuat religi dan pengalaman agamanya,
ternyata lebih kuat mental dan kurang mengeluh, depresi, dan lebih cepat
berjalan daripada yang tidak mempunyai komitmen agama.
Contoh
ayat Al quran tata krama pergaulan dalam spiritual islam yang artinya “Dan
Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah
seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada
mereka perkataan yang mulia” (Al Israa':23)
Dari
hal-hal tersebut diatas dapat dikatakan dimensi spiritual menjadi hal penting
sebagai aspek perkembangan manusia. Berikut akan diuraikan mengenai hal-hal
yang berkaitan dengan konsep kesehatan spiritual.
A. Konsep
spiritual
1. Pengertian
spiritual
Spiritual berasal dari bahasa latin
“spiritus” yang berarti nafas atau udara, spirit memberikan hidup, menjiwai
seseorang. Spirit memberikan arti penting ke hal apa saja yang sekiranya
menjadi pusat dari seluruh aspek kehidupan seseorang. Spiritual adalah suatu
yang dipengaruhi oleh budaya, perkembangan, pengalaman hidup kepercayaan dan
nilai kehidupan. Spiritualitas mampu menghadirkan cinta, kepercayaan, dan
harapan, melihat arti dari kehidupan dan memelihara hubungan dengan sesama.
Spiritual adalah konsep yang unik pada
masing-masing individu (Farran et al, 1989).
Masing-masing individu memiliki definisi yang berbeda mengenai spiritual, hal
ini dipengaruhi oleh budaya, perkembangan, pengalaman hidup dan ide-ide mereka
sendiri tentang hidup. Menurut Emblen, 1992 spiritual sangat
sulit untuk didefinisikan. Kata-kata yang digunakan untuk menjabarkan spiritual
termasuk makna, transenden, harapan, cinta, kualitas, hubungan dan eksistensi.
Spiritual menghubungkan antara intrapersonal (hubungan dengan diri sendiri),
interpersonal (hubungan antara diri sendiri dan orang lain), dan transpersonal
(hubungan antara diri sendiri dengan tuhan/kekuatan gaib). Spiritual adalah
suatu kepercayaan dalam hubungan antar manusia dengan beberapa kekuatan
diatasnya, kreatif, kemuliaan atau sumber energi serta spiritual juga merupakan
pencarian arti dalam kehidupan dan pengembangan dari nilai-nilai dan sistem
kepercayaan seseorang yang mana akan terjadi konflik bila pemahamannya dibatasi.
(Hanafi, djuariah. 2005).
2. Karakteristik
spiritual
Karakteristik spiritual yang utama
meliputi perasaan dari keseluruhan dan keselarasan dalam diri seorang, dengan
orang lain, dan dengan Tuhan atau kekuatan tertinggi sebagai satu penetapan.
Orang-orang, menurut tingkat perkembangan mereka, pengalaman, memperhitungkan
keamanan individu, tanda-tanda kekuatan, dan perasaan dari harapan. Hal itu
tidak berarti bahwa individu adalah puas secara total dengan hidup atau jawaban
yang mereka miliki. Seperti setiap hidup individu berkembang secara normal,
timbul situasi yang menyebabkan kecemasan, tidak berdaya, atau kepusingan.
Karakteristik
kebutuhan spiritual meliputi:
a. Kepercayaan
b. Pemaafan
c. Cinta
dan hubungan
d. Keyakinan,
kreativitas dan harapan
e. Anugrah
dan harapan
B. Pola
Normal Spiritual
Pola normal spiritual adalah sesuatu
pola yang terintegrasi dan berhubungan dengan dimensi yang lain dalam diri
seorang individu. Spiritualitas mewakili totalitas keberadaan seseorang dan
berfungsi sebagai perspektif pendorong yang menyatukan berbagai aspek
individual. Makhija (2002) menyatakan bahwa keimanan atau keyakinan religius
adalah sangat penting dalam kehidupan personal individu. Keyakinan tersebut
diketahui sebagai suatu faktor yang kuat dalam penyembuhan dan pemulihan fisik.
Setiap individu memiliki definisi dan konsep yang berbeda mengenai
spiritualitas. Kata-kata yang digunakan untuk menjabarkan spiritualitas
termasuk makna, transenden, harapan, cinta, kualitas, hubungan, dan eksistensi.
Setiap individu memiliki pemahaman tersendiri mengenai spiritualitas karena
masing-masing memiliki cara pandang yang berbeda mengenai hal tersebur.
Perbedaan definisi dan konsep spiritualitas dipengaruhi oleh budaya,
perkembangan, pengalaman hidup seseorang, serta persepsi mereka tentang hidup
dan kehidupan. Pengaruh tersebut nantinya dapat mengubah pandangan seseorang
mengenai konsep spiritulitas dalam dirinya sesuai dengan pemahaman yang ia
miliki dan keyakinan yang ia pegang teguh. Konsep spiritual memiliki arti yang
berbeda dengan konsep religius. Kedua hal tersebut memang sering digunakan
secara bersamaan dan saling berhubungan satu sama lain. Konsep religius
biasanya berkaitan dengan pelaksanaan suatu kegiatan atau proses melakukan
suatu tindakan. Konsep religius merupakan suatu sistem penyatuan yang spesifik
mengenai praktik yang berkaitan bentuk ibadah tertentu. Emblen dalam Potter dan
Perry mendefinisikan religi sebagai suatu sistem keyakinan dan ibadah
terorganisasi yang dipraktikan seseorang secara jelas menunjukkan spiritualitas
mereka. Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa religi
adalah proses pelaksanaan suatu kegiatan ibadah yang berkaitan dengan keyakinan
tertentu. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk menunjukkan spiritualitas
diri mereka. Sedangkan spiritual memiliki konsep yang lebih umum mengenai
keyakinan seseorang. Terlepas dari prosesi ibadah yang dilakukan sesuai dengan
keyakinan dan kepercayaan tersebut. Konsep spiritual berkaitan berkaitan dengan
nilai, keyakinan, dan kepercayaan seseorang. Kepercayaan itu sendiri memiliki
cakupan mulai dari atheisme (penolakan terhadap keberadaan Tuhan) hingga
agnotisme (percaya bahwa Tuhan ada dan selalu mengawasi) atau theism (Keyakinan
akan Tuhan dalam bentuk personal tanpa bentuk fisik) seperti dalam Kristen dan
Islam. Keyakinan merupakan hal yang lebih dalam dari suatu kepercayaan seorang
individu. Keyakinan mendasari seseorang untuk bertindak atau berpikir sesuai
dengan kepercayaan yang ia ikuti. Keyakinan dan kepercayaan akan Tuhan biasanya
dikaitkan dengan istilah agama. Di dunia ini, banyak agama yang dianut oleh
masyarakat sebagai wujud kepercayaan mereka terhadap keberadaan Tuhan. Tiap
agama yang ada di dunia memiliki karakteristik yang berbeda mengenai hal-hal
yang berkaitan dengan kepercayaan dan keyakinan sesuai dengan prinsip yang
mereka pegang teguh. Keyakinan tersebut juga mempengaruhi seorang individu
untuk menilai sesuatu yang ada sesuai dengan makna dan filosofi yang
diyakininya. Sebagai contoh, persepsi seorang Muslim mengenai psikologi
kesehatan dan respon penyakit tentunya berbeda dengan persepsi seorang Budhis.
Semua itu tergantung konsep spiritual yang dipahami sesuai dengan keyakinan dan
keimanan seorang individu.
Ada beberapa contoh islam yang menerapkan pola normal spiritualnya dengan cara:
Ada beberapa contoh islam yang menerapkan pola normal spiritualnya dengan cara:
1. Pola
orang tua mengajarkan anak untuk melaksanakan sholat
2. Pola
orang tua memberikan tauladhan untuk menghormati orang yang lebih tua.
3. Pola
normal orang tua dalam memanfaatkan waktu untuk mengaji bersama anak dalam
keluarga.
Pola normal spiritual bahkan Makhija
(2002) menyatakan bahwa keimanan atau keyakinan religius adalah sangat penting
dalam kehidupan personal individu. Lebih lanjut dikatakannya bahwa keimanan
diketahui sebagai suatu faktor yang sangat kuat (powerful) dalam penyembuhan
dan pemulihan fisik, yang tidak dapat diukur.
C. Perkembangan
Aspek Spiritual
Pemenuhan aspek spiritual pada klien
tidak terlepas dari pandangan terhadap lima dimensi manusia yang harus
dintegrasikan dalam kehidupan. Lima dimensi tersebut yaitu dimensi fisik,
emosional, intelektual, sosial, dan spiritual. Dimensi-dimensi tersebut berada
dalam suatu sistem yang saling berinterksi, interrelasi, dan interdepensi,
sehingga adanya gangguan pada suatu dimensi dapat mengganggu dimensi lainnya.
Tahap perkembangan klien dimulai dari lahir sampai klien meninggal dunia.
Perkembangan spiritual manusia dapat dilihat dari tahap perkembangan mulai dari
bayi, anak-anak, pra sekolah, usia sekolah, remaja, desawa muda, dewasa
pertengahan, dewasa akhir, dan lanjut usia. Secara umum tanpa memandang aspek
tumbuh-kembang manusia proses perkembangan aspek spiritual dilhat dari
kemampuan kognitifnya dimulai dari pengenalan, internalisasi, peniruan,
aplikasi dan dilanjutkan dengan instropeksi.
Namun, berikut akan dibahas pula
perkembangan aspek spiritual berdasarkan tumbuh-kembang manusia. Perkembangan
spiritual pada anak sangatlah penting untuk diperhatikan.
1. Individu
yang berusia antara 0-18 bulan, Bayi yang sedang dalam proses tumbuh kembang,
yang mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, sosial, dan spiritual)
yang berbeda dengan orang dewasa. Anak adalah individu yang masih bergantung
pada orang dewasa dan lingkungan, artinya membutuhkan lingkungan yang dapat
memfasilitasi dalam memenuhi kebutuhan dasarnya dan untuk belajar mandiri.
Tahap awal perkembangan manusia dimulai dari masa perkembangan bayi. Haber
(1987) menjelaskan bahwa perkembangan spiritual bayi merupakan dasar untuk
perkembangan spiritual selanjutnya. Bayi memang belum memiliki moral untuk
mengenal arti spiritual. Keluarga yang spiritualnya baik merupakan sumber dari
terbentuknya perkembangan spiritual yang baik pada bayi.
2. Dimensi
spiritual mulai menunjukkan perkembangan pada masa kanak-kanak awal (18 bulan-3
tahun). Anak sudah mengalami peningkatan kemampuan kognitif. Anak dapat belajar
membandingkan hal yang baik dan buruk untuk melanjuti peran kemandirian yang
lebih besar. Tahap perkembangan ini memperlihatkan bahwa anak-anak mulai
berlatih untuk berpendapat dan menghormati acara-acara ritual dimana mereka
merasa tinggal dengan aman. Observasi kehidupan spiritual anak dapat dimulai
dari kebiasaan yang sederhana seperti cara berdoa sebelum tidur dan berdoa
sebelum makan, atau cara anak memberi salam dalam kehidupan sehari-hari. Anak
akan lebih merasa senang jika menerima pengalaman-pengalaman baru, termasuk
pengalaman spiritual.
3. Perkembangan
spiritual pada anak masa pra sekolah (3-6 tahun) berhubungan erat dengan
kondisi psikologis dominannya yaitu super ego. Anak usia pra sekolah mulai
memahami kebutuhan sosial, norma, dan harapan, serta berusaha menyesuaikan
dengan norma keluarga. Anak tidak hanya membandingkan sesuatu benar atau salah,
tetapi membandingkan norma yang dimiliki keluarganya dengan norma keluarga
lain. Kebutuhan anak pada masa pra sekolah adalah mengetahui filosofi yang
mendasar tentang isu-isu spiritual. Kebutuhan spiritual ini harus diperhatikan
karena anak sudah mulai berfikiran konkrit. Mereka kadang sulit menerima
penjelasan mengenai Tuhan yang abstrak, bahkan mereka masih kesulitan membedakan
Tuhan dan orang tuanya.
4. Usia
sekolah merupakan masa yang paling banyak mengalami peningkatan kualitas
kognitif pada anak (6-12 tahun). Anak usia sekolah (6-12 tahun) berfikir secara
konkrit, tetapi mereka sudah dapat menggunakan konsep abstrak untuk memahami
gambaran dan makna spriritual dan agama mereka. Minat anak sudah mulai
ditunjukan dalam sebuah ide, dan anak dapat diajak berdiskusi dan menjelaskan
apakah keyakinan. Orang tua dapat mengevaluasi pemikiran sang anak terhadap
dimensi spiritual mereka.
5. Remaja
(12-18 tahun), pada tahap ini individu sudah mengerti akan arti dan tujuan
hidup, Menggunakan pengetahuan misalnya untuk mengambil keputusan saat ini dan
yang akan datang. Kepercayaan berkembang dengan mencoba dalam hidup. Remaja
menguji nilai dan kepercayaan orang tua mereka dan dapat menolak atau
menerimanya. Secara alami, mereka dapat bingung ketika menemukan perilaku dan
role model yang tidak konsisten. Pada tahap ini kepercayaan pada kelompok
paling tinggi perannya daripada keluarga. Tetapi keyakinan yang diambil dari
orang lain biasanya lebih mirip dengan keluarga, walaupun mereka protes dan
memberontak saat remaja. Bagi orang tua ini merupakan tahap paling sulit karena
orang tua melepas otoritasnya dan membimbing anak untuk bertanggung jawab.
Seringkali muncul konflik orang tua dan remaja.
6. Dewasa
muda (18-25 tahun), pada tahap ini individu menjalani proses perkembangannya
dengan melanjutkan pencarian identitas spiritual, memikirkan untuk memilih
nilai dan kepercayaan mereka yang dipelajari saaat kanak-kanak dan berusaha
melaksanakan sistem kepercayaan mereka sendiri. Spiritual bukan merupakan
perhatian utama pada usia ini, mereka lebih banyak memudahkan hidup walaupun
mereka tidak memungkiri bahwa mereka sudah dewasa.
7. Dewasa
pertengahan (25-38 tahun), dewasa pertengahan merupakan tahap perkembangan
spiritual yang sudah benar-benar mengetahui konsep yang benar dan yang salah,
mereka menggunakan keyakinan moral, agama dan etik sebagai dasar dari sistem
nilai. Mereka sudah merencanakan kehidupan, mengevaluasi apa yang sudah dikerjakan
terhadap kepercayaan dan nilai spiritual.
8. Dewasa
akhir (38-65 tahun). Periode perkembangan spiritual pada tahap ini digunakan
untuk instropeksi dan mengkaji kembali dimensi spiritual, kemampuan intraspeksi
ini sama baik dengan dimensi yang lain dari diri individu tersebut. Biasanya
kebanyakan pada tahap ini kebutuhan ritual spiritual meningkat.
9. Lanjut
usia (65 tahun sampai kematian). Pada tahap perkembangan ini, menurut Haber
(1987) pada masa ini walaupun membayangkan kematian mereka banyak menggeluti spiritual
sebagai isu yang menarik, karena mereka melihat agama sebagai faktor yang
mempengaruhi kebahagian dan rasa berguna bagi orang lain.
D. Faktor
yang Mempengaruhi Perkembangan Spiritual
Spiritual adalah komponen penting dari
seorang individu yang dimiliki dan sebuah aspek integral dari filosofi
holistik. Perkambangan spiritual pasti mengalami keadaan yang tidak selalu baik
seperti halnya fisik. Secara langsung maupun tidak langsung ada beberapa hal
yang mempengaruhi perkembangan spiritual. Spiritualitas tidak selalu berkaitan
dengan agama, tetapi spiritualitas adalah bagaimana seseorang memahami
keberadaannya dan hubungannya dengan alam semesta. Orang-orang mengartikan
spiritualitas dengan berbagai cara dan tujuan tersendiri. Setiap agama menyatakan
bahwa manusia ada dibawah kuasa Tuhan. Namun, dari semua itu setiap manusia
berusaha untuk mengkontrol spiritualitasnya. Inilah yang disebut dengan menjaga
kesehatan spiritual. Hal terpenting yang mempengaruhi perkembangan spiritual
dan sebaiknya kita jaga adalah nutrisi spiritual. Hal ini
termasuk mendengarkan hal-hal positif dan pesan-pesan penuh kasih serta
memenuhi kewajiban keagaman yang dianut. Selain itu juga dengan mengamati
keindahan dan keajaiban dunia ini dapat memberikan nutrisi spiritual. Menilai
keindahan alam dapat menjadi makanan bagi jiwa kita. Kedamaian dengan meditasi
adalah bentuk lain untuk mendapatkan nutrisi spiritual. Hal itu bukanlah
meminta Tuhan kita apa yang kita inginkan tetapi mencari keheningan untuk
merekleksikan dan berterima kasih atas apa pun yang telah kita terima. Hal lain
yang mempengaruhi perkembangan spiritual kita adalah latihan.
Tidak hanya latihan dasar untuk kesehatan tubuh, tetapi juga latihan spiritual
untuk menjaga spiritual. Latihan ini terdiri dari penggunaan jiwa kita.
Sehingga latihan tersebut memberi sentuhan pada jiwa kita dan digunakan untuk
menuntun kita untuk bertingkah-laku dengan baik, untuk menunjukan cinta kasih
dan perasaan pada oring lain untuk memahami dan untuk mencari kedamaian. Faktor
lain yang mempengaruhi kesehatan spiritual adalah lingkungan. Hal
ini dikarenakan lingkungan dimana kita hidup adalah somber utama kejahatan ynag
dapat mempengaruhi jiwa kita. Kita harus waspada untuk menghindari keburukan
yang berasal dari lingkungan kita dan mencari hal positif yang dapat diambil.
Tantangan yang dapat mengancam perkembangan spiritual kita dapat berasal dari luar maupun dari dalam dari kita. Ancaman dari luar dikarenakan setiap orang memiliki bentuk penularan spiritual yang menyebarkan penyakit spiritual kepada orang lain disekitar mereka. Beberapa orang merusak moral dan mencoba untuk menarik orang lain untuk mengikuti kepercayaannya. Beberapa agama memberikan bekal keimanan yang cukup untuk menolak kepercayaan lain. Banyak orang-orang yang melakukan hal-hal yang buruk dan jahat. Kemudian mempengaruhi orang lain untuk mengikuti hal-hal buruk yang dilakukan. Keinginan untuk melakukan hal-hal buruk tersebut timbul dari keinginan diri sendiri.
Tantangan yang dapat mengancam perkembangan spiritual kita dapat berasal dari luar maupun dari dalam dari kita. Ancaman dari luar dikarenakan setiap orang memiliki bentuk penularan spiritual yang menyebarkan penyakit spiritual kepada orang lain disekitar mereka. Beberapa orang merusak moral dan mencoba untuk menarik orang lain untuk mengikuti kepercayaannya. Beberapa agama memberikan bekal keimanan yang cukup untuk menolak kepercayaan lain. Banyak orang-orang yang melakukan hal-hal yang buruk dan jahat. Kemudian mempengaruhi orang lain untuk mengikuti hal-hal buruk yang dilakukan. Keinginan untuk melakukan hal-hal buruk tersebut timbul dari keinginan diri sendiri.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Spiritual adalah suatu kepercayaan
dalam hubungan antar manusia dengan beberapa kekuatan diatasnya, kreatif,
kemuliaan atau sumber energi serta spiritual juga merupakan pencarian arti
dalam kehidupan dan pengembangan dari nilai-nilai dan sistem kepercayaan
seseorang yang mana akan terjadi konflik bila pemahamannya dibatasi. (Hanafi,
djuariah. 2005).
2.
Karakteristik kebutuhan spiritual
meliputi:
a. Kepercayaan
b. Pemaafan
c. Cinta
dan hubungan
d. Keyakinan,
kreativitas dan harapan
e. Anugrah
dan harapan
3.
Ada beberapa contoh islam yang
menerapkan pola normal spiritualnya dengan cara:
a. Pola
orang tua mengajarkan anak untuk melaksanakan sholat
b. Pola
orang tua memberikan tauladhan untuk menghormati orang yang lebih tua.
c. Pola
normal orang tua dalam memanfaatkan waktu untuk mengaji bersama anak dalam keluarga.
4.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
kesehatan spiritual adalah nutrisi, latihan dan lingkungan tempat tinggal
B. Saran
Upaya untuk melakukan peningkatan spiritualitas dapat dilakukan dengan berbagai cara misalnya dengan latihan yoga dan melakukan meditasi. Penting juga diperhatikan pemenuhan nutrisi spiritual. Hal tersebut tentunya tidak dapat dilakukan dalam waktu yang singkat, akan lebih baik jika dilaksanakan secara berkesinambungan. Sehingga mampu berperilaku dan mempertahankan kondisi yang optimal.
Upaya untuk melakukan peningkatan spiritualitas dapat dilakukan dengan berbagai cara misalnya dengan latihan yoga dan melakukan meditasi. Penting juga diperhatikan pemenuhan nutrisi spiritual. Hal tersebut tentunya tidak dapat dilakukan dalam waktu yang singkat, akan lebih baik jika dilaksanakan secara berkesinambungan. Sehingga mampu berperilaku dan mempertahankan kondisi yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Agustian,
Ary Gunanjar.2002. Rahasia Sukses Membangun Keserdasan Emosi Dan Spiritual
dan Spiritual:Esq (Emotional Spiritual Quotient) Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5
Rukun Islam. Jakarta: Arga Wijaya Persada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar