Kamis, 28 Maret 2013

Makalah Evaluasi Pembelajaran


Makalah   Evaluasi  Pembelajaran

DISUSUN OLEH :
(KELOMPOK  I )

©      HUSNAINI
©      HIKMAH SEPTIANI.
©      HUSNIA EKA SARI
©      IHSAN
©      IRFANJI
©      IKE JULIATY
©      IBNU CHOLID DASI
©      JAMAL

FISIKA B

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2012 / 2013


KATA PENGANTAR


            Sungguh tiada suatu  kesuksesan yang dapat diraih kecuali atas perkenaan Yang Maha Kuasa. Oleh karena iu, maka selayaknya penulis dalam  mengawali penulisan Makalah evaluasi pembelajaran yaitu teknik tes penilaian secara tertulis, dengan menyebut Asma dan mengucapkan syukur kehadirat-Nya. Dialah yang memberi rahmat dan kekuatan sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik, kendatipun dalam penulisannya tidak sedikit mengalami hambatan – hambatan.
             Akhirnya penulis berserah diri, karena sadar akan segala keterbatasan yang dimiliki serta kemampuan penulis yang masih perlu ditingkatkan, tentunya tidaklah sesempurnah sebagaimana yang diharapkan. Namun demikian, dengan penuh harapan dan doa, kami berharap semoga Makalah ini dapat bermanfaat adanya, berguna bagi kami sebagai penulis dan semoga pula Makalah yang sangat sederhana ini dapat membuka pengetahuan kita tentang Evaluasi pembelajaran. Sehingga kita dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.


                                                                                    Makassar, 23  maret 2013

                                                                                    Penulis









DAFTAR ISI




























BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang

Penilaian kelas merupakan suatu kegiatan guru yang terkait dengan pengambilan keputusan tentang pencapaian kompetensi atau hasil belajar peserta didik yang mengikuti proses pembelajaran tertentu. Untuk itu, diperlukan data sebagai informasi yang diandalkan sebagai dasar pengambilan keputusan. Keputusan tersebut berhubungan dengan sudah atau belum berhasilnya peserta didik dalam mencapai suatu kompetensi. Jadi penilaian kelas merupakan salah satu pilar dalam pelaksanaan Kurikulum .
Data yang diperoleh guru s elama pembelajaran berlangsung dapat dijaring dan dikumpulkan melalui prosedur, teknik dan alat penilaian yang sesuai dengan kompetensi yang akan dinilai. Oleh sebab itu, penilaian kelas lebih merupakan proses pengumpulan dan penggunaan informasi oleh guru untuk memberikan keputusan, dalam hal ini nilai terhadap hasil belajar peserta didik berdasarkan tahapan belajarnya. Dari proses ini, diperoleh potret/profil kemampuan peserta didik dalam mencapai sejumlah standar kompetensi dan kompetensi dasar yang tercantum dalam kurikulum.
Penilaian merupakan suatu proses yang dilakukan melalui langkah-langkah perencanaan, penyusunan alat penilaian, pengumpulan informasi melalui sejumlah bukti yang menunjukkan pencapaian hasil belajar peserta didik, pengolahan, dan penggunaan informasi tentang hasil belajar peserta didik. Penilaian kelas dilaksanakan melalui berbagai cara, seperti penilaian unjuk kerja (performance), penilaian sikap, penilaian tertulis (paper and pencil test), penilaian proyek, penilaian produk, penilaian melalui kumpulan hasil kerja/karya peserta didik (portfolio), dan penilaian diri.
Penilaian hasil belajar baik formal maupun informal diadakan dalam suasana yang menyenangkan, sehingga memungkinkan peserta didik menunjukkan apa yang dipahami dan mampu dikerjakannya. Hasil belajar seorang peserta didik tidak dianjurkan untuk dibandingkan dengan peserta didik lainnya, tetapi dengan hasil yang dimiliki peserta didik tersebut sebelumnya.  Dengan demikian peserta didik tidak merasa dihakimi oleh guru tetapi dibantu untuk mencapai apa yang diharapkan.
Beragam teknik dapat dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang kemajuan belajar peserta didik, baik yang berhubungan dengan proses belajar maupun hasil belajar. Teknik pengumpulan informasi tersebut pada prinsipnya adalah cara penilaian kemajuan belajar peserta didik berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dicapai. Penilaian kompetensi dasar dilakukan berdasarkan indikator-indikator pencapaian kompetensi  yang memuat satu ranah atau lebih. Berdasarkan indikator-indikator ini dapat ditentukan cara penilaian yang sesuai, apakah dengan tes tertulis, observasi, tes praktek, dan penugasan perseorangan atau kelompok. Untuk itu, ada tujuh teknik yang dapat digunakan, yaitu penilaian unjuk kerja, penilaian sikap, penilaian tertulis, penilaian proyek, penilaian produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri.
Penilaian secara tertulis dilakukan dengan tes tertulis. Tes Tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada peserta didik dalam bentuk tulisan. Dalam menjawab soal peserta didik tidak selalu merespon dalam bentuk menulis jawaban tetapi dapat juga dalam bentuk yang lain seperti menjawab secara lisan, memberi tanda, mewarnai, menggambar, melakukan sesuatu, dan lain sebagainya.


B.      Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai beikut:
1.      Apa pengertian Evaluasi ?
2.      Apa pengertian Tes ?
3.      Bagaimana teknik penilaian tes secara tertulis ?

C.      Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah :
1.      Untuk mengetahui dan memahami arti dari Evaluasi
2.      Untuk mengetahui dan memahami arti dari Tes
3.      Untuk mengetahui teknik penilaian tes secara tertulis




















BAB II
PEMBAHASAN

A.     Pengertian Evaluasi
Pengertian Evaluasi (Penilaian) Menurut Para Ahli :
  • Sudiono, Anas (2005) mengemukakan bahwa secara harfiah kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation, dalam bahasa Indonesia berarti penilaian. Akar katanya adalah value yang artinya nilai. Jadi istilah evaluasi menunjuk pada suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu.
  • Frey, Barbara A., and Susan W. Alman. (2003): Evaluation The systematic process of collecting, analyzing, and interpreting information to determine the extent to which pupils are achieving instructional objectives. (Artinya: Evaluasi adalah proses sistematis pengumpulan, analisis, dan interpretasi informasi untuk menentukan sejauh mana siswa yang mencapai tujuan instruksional).
  • Mardapi, Djemari (2003), penilaian adalah kegiatan menafsirkan atau mendeskripsikan hasil pengukuran.
  • Zainul, Asmawi dan Noehi Nasution (2001), mengartikan penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan tes maupun nontes.
Kesimpulan Tentang Pengertian Evaluasi:
  • Evaluasi berasal dari akar kata bahasa Inggris value yang berarti nilai, jadi istilah evaluasi sinonim dengan penilaian.
  • Evaluasi merupakan proses sistematis dari mengumpulkan, menganalisis, hingga interpretasi (menafsirkan) data atau informasi yang diperoleh.
  • Data atau informasi diperoleh melalui pengukuran (measurement) hasil belajar.melalui tes atau nontes.
B.     Pengertian Tes
Pengertian Tes Menurut Para Ahli :
  • Wayan Nurkencana (1993), tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas yang harus dikerjakan anak atau sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut yang kemudian dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak-anak lain atau standar yang telah ditetapkan
  • Overton, Terry (2008): test is a method to determine a student’s ability to complete certain tasks or demontstrate mastery of a skill or knowledge of content. Some types would be multiple choice tests or a weekly spelling test. While it commonly used interchangeably with assesment, or even evaluation, it can be distinguished by the fact  that a test is one form of an assesment. (Tes adalah suatu metode untuk menentukan kemampuan siswa menyelesaikan sejumlah tugas tertentu atau mendemonstrasikan penguasaan suatu keterampilan atau pengetahuan pada suatu materi pelajaran. Beberapa tipe tes misalnya tes pilihan ganda atau tes mengeja mingguan. Seringkali penggunaannya tertukar dengan asesmen, atau bahkan evaluasi (penilaian), yang mana sebenarnya tes dapat dengan mudah dibedakan berdasarkan kenyataan bahwa tes adalah salah satu bentuk asesmen.)
Himpunan pertanyaan/pernyataan/tugas yang harus dikerjakan untuk mengukur kompetensi tertentu
Syarat Tes yang Baik:
·         Soal berkualitas baik
·         Uni dimensional
·         Valid
·         Reliabel

Pengembangan tes  standar :
1.      Menentukan tujuan tes
2.      Menyusun kisi-kisi dari indikator
3.      Membuat kartu soal
4.      Membuat paket soal
5.      Pedoman kunci jawaban dan penskoran
6.      Penelaahan soal
7.      Uji coba soal
8.      Pedoman penilaian
(http//evaluasi/Teknik evaluasi dan Model penyusunaninstrumen penilaian pendidkan keaksaraan PKBM/Guguak.html)
Kesimpulan Tentang Pengertian Tes:
·Tes adalah cara atau metode untuk menentukan kemampuan siswa menyelesaikan tugas tertentu atau mendemonstrasikan penguasaan suatu keterampilan atau pengetahuan.
·Beberapa tipe tes misalnya tes pilihan ganda atau tes mengeja mingguan.
·Tes adalah salah satu bentuk asesmen

C.      Teknik TES secara Tertulis
Penilaian tertulis adalah skor/nilai  yang diperoleh peserta didik dari hasil berbagai tes tertulis yang diikuti peserta didik. Soal tes tertulis dapat berbentuk pilihan ganda, benar salah, menjodohkan, uraian, jawaban singkat.
Soal bentuk pilihan ganda diskor dengan memberi angka 1 (satu) bagi setiap butir jawaban yang benar dan angka 0 (nol) bagi setiap butir soal yang salah. Skor yang diperoleh peserta didik untuk suatu perangkat tes pilihan ganda dihitung dengan prosedur:   
 jumlah jawaban benar     X 10
jumlah seluruh butir soal
Prosedur ini juga dapat digunakan dalam menghitung skor perolehan peserta didik untuk soal berbentuk benar salah, menjodohkan, dan jawaban singkat. Keempat bentuk soal terakhir ini juga dapat dilakukan penskoran secara objektif dan dapat diberi skor 1 untuk setiap jawaban yang benar.
Soal bentuk uraian dibedakan dalam dua kategori, uraian objektif dan uraian non-objektif. Uraian objektif dapat diskor secara objektif berdasarkan konsep atau kata kunci yang sudah pasti sebagai jawaban yang benar. Setiap konsep atau kata kunci yang benar yang dapat dijawab peserta didik diberi skor 1. Skor maksimal butir soal adalah sama dengan jumlah konsep kunci yang dituntut untuk dijawab oleh peserta didik. Skor capaian peserta didik untuk satu butir soal kategori ini adalah jumlah konsep kunci yang dapat dijawab benar, dibagi skor maksimal, dikali dengan 10.
Soal bentuk uraian non objektif tidak dapat diskor secara objektif, karena jawaban yang dinilai  dapat berupa opini atau pendapat peserta didik sendiri, bukan berupa konsep kunci yang sudah pasti. Pedoman penilaiannya berupa kriteria-kriteria jawaban. Setiap kriteria jawaban diberikan rentang nilai tertentu, misalnya 0 – 5. Tidak ada jawaban untuk suatu kriteria diberi skor 0. Besar-kecilnya skor yang diperoleh peserta didik untuk suatu kriteria ditentukan berdasarkan tingkat kesempurnaan jawaban dibandingkan dengan kriteria jawaban tersebut.
Skor penilaian yang diperoleh dengan menggunakan berbagai bentuk tes tertulis perlu digabung menjadi satu kesatuan nilai penguasaan kompetensi. Dalam proses penggabungan dan penyatuan nilai, data yang diperoleh dengan masing-masing bentuk soal tersebut juga perlu diberi bobot, dengan mempertimbangkan tingkat  kesukaran dan kompleksitas jawaban.
Nilai yang diperoleh peserta didik merupakan deskripsi tentang tingkat atau persentase penguasaan kompetensi. Misalnya, nilai 65,00 dapat diinterpretasikan peserta didik telah menguasai 65% dari kompetensi yang diharapkan.
  1. Pengertian Tes Tulis
Tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk memperoleh data-data atau keterangan-keterangan yang diinginkan tentang seseorang, dengan cara yang boleh dikatakan cepat dan tepat (Indrakusuma, 1993:21). Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa, didalamnya terdapat pengertian-pengertian:
a)     Tes itu adalah hanya merupakan alat dan bukan merupakan tujuan. Sedangkan tujuannya adalah terletak pada apakah maksud kita memberikan tes itu.
b)      Alat itu telah disusun secara sistematis dan objektif, menurut syarat-syarat tertentu. Meskipun dalam kenyataannya tidak ada tes yang seratus persen sistematis dan objektif. Sebab tes itu juga buatan manusia.
c)      Dengan adanya tes yang telah disusun secara sistematis dan objektif itu, maka hasil yang diperoleh dari tes atau alat itu boleh dikatakan akan tepat. Artinya benar-benar akan memberikan gambaran yang sesuai dengan keadaannya.
d)     Bahwa dengan dipergunakannya tes sebagai alat untuk memperoleh data-data itu, dapat dilaksanakan secara tepat tidak memakan waktu yang lama. Untuk memperoleh suatu data tidak perlu berhari-hari, bahkan cukup beberapa jam saja.
e)     Sedang keterangan-keterangan apa yang diinginkan, ini bergantung pada maksud serta alat yang kita berikan. Misalnya, jika kita menginginkan keterangan tentang kecakapan anak dalam hal berhiting maka kita pergunakan tes berhitung, bukan tes  bahasa, dan sebagainya.
Jadi, tes tulis adalah tes yang soal-soalnya harus dijawab peserta didik dengan memberikan jawaban tertulis.


2.     Bentuk-bentuk tes tulis
            Telah dibicarakan sebelumnya bahwa di sekolah seringkali digunakan tes buatan guru (bukan tes standardized test) ini disebut tes buatan guru (teacher made test). Tes yang di buat guru ini terutama menilai kemajuan siswa dalam hal pencapaian hal yang dipelajari.
 Bentuk tes yang digunakan dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu tes objektif dan tes non-objektif. Objektif di sini dilihat dari sistem penskorannya, yaitu siapa saja yang memeriksa lembar jawaban tes akan menghasilkan skor yang sama. Tes non-objektif yang juga sering disebut tes uraian adalah tes yang system penskorannya dipengaruhi oleh pemberi skor. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa tes objektif adalah tes yang sistem penskorannya objektif, sedang tes non objektif sistem penskorannya dipengaruhi oleh subjektivitas pemberi skor.

Dalam hal ini kita bedakan atas dua bentuk tes tulis yaitu sebagai berikut:
1. Tes Subjektif
            Yang pada umumnya berbentuk tes esai (uraian) tes bentuk esai adalah sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata. Ciri-ciri pertanyaanya didahului dengan kata-kata seperti, uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana, bandingkan, simpulkan, dan sebagainya (Arikunto, 2005:162).
Soal-soal bentuk esai biasanya jumlahnya tidak banyak, hanya sekedar 5-10 buah soal dalam waktu kira-kira 90-120 menit. Soal-soal bentuk esai ini menuntut kemampuan siswa untuk dapat mengorganisir, menginterprestasi, menghubungkan pengertian-pengertian yang telah dimiliki. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa tes esai menuntut untuk dapat mengingat-ingat dan mengenal kembali dan terutama harus mempunyai daya kreativitas yang tinggi.

Berikut ini dari ciri-ciri essay test:
  • Peserta didik memiliki kebebasan dalam mengorganisir jawaban.
  • Jawaban dapat panjang atau pendek .
  • Tergantung kemampuan, kemahiran peserta didik yang harus memberikan jawaban atas tes tersebut .
  • Batas jawaban yakni panjang atau pendek ditentukan oleh karakteristik pertanyaan yang harus dijawab

Bentuk soal Essay yaitu ;
a)     Essay Bebas(free essay)
 Bentuk ini cocok untuk bidang studi ilmu-ilmu sosial. Walau hasil penskoran cenderung subjektif, namun bila disediakan pedoman penskoran yang jelas, hasilnya diharapkan dapat lebih objektif. Tingkat berpikir yang diukur bisa tinggi. Bentuk ini bisa menggali informasi kemampuan penalaran, kemampuan berkreasi atau kreativitas peserta didik, karena kunci jawabannya tidak satu.
Dalam uraian bebas jawaban peserta didik tidak dibatasi, bergantung pada pandangan peserta didik itu sendiri. Di lain pihak guru juga bebas menilai jawaban yang dianggapnya benar, yang kurang benar atau kurang lengkap dan salah sama sekali. Kelemahan tes ini adalah sukar menilainya karena jawaban peserta didik bisa bervariasi, sulit menentukan kriteria penilaian, sangat subjektif karena bergantung pada guru sebagai penilai.
b)     Essay terbatas  (frestriced essay)
Uraian terbatas,  Dalam bentuk ini pertanyaan telah diarahkan kepada hal-hal tertentu atau ada pembatas tertentu. Pembatasan bisa dari segi ruang lingkup, sudut pandang, indikator-indikatornya. Penilaian untuk tes terbatas lebih mudah daripada uraian bebas karena telah ada indikatornya. 


Beberapa hal yang harus diperhatikan guru apabila memberikan tes bentuk uraian adalah :
  • Jumlah soal harus dibatasi mengingat adanya kebebasan dalam memberikan jawaban .
  • Pertanyaan uraian bervariasi, seperti pertanyaan : (a) Jelaskan, ( b ) Bandingkan, ( c ) tunjukkan kelebihan dan kekurangan, ( d ) Apa yang anda ketahui tentang
  • Guru harus menyusun rambu-rambu jawaban sebagai panduan dalam memberikan penilaian

*      Kelebihan Essay Test
1.      Tes uraian memiliki kelebihan antara lain :
2.      Guru tidak terlalu sulit untuk menyusun bentuk tes uraian
3.      Melatih siswa mengkontruksi gagasannya dengan baik kemudian mengekpresikannya ke dalam sebuah jawaban tertulis sebagai bentuk komunikasi dengan guru .
4.      Hemat/ ekonomis karena sarana kertas untuk menjawab terbatas
5.      Lebih respektif mewakili isi dan luas bahan, lebih objektif, dapat di hindari campur tangannya unsur-unsur subjektif baik dari segi siswa maupun segi guru yang memeriksa.
6.      Lebih mudah dan cepat cara memeriksanya karena dapat menggunakan kunci tes bahkan alat-alat hasil kemajuan teknologi.
7.      Pemeriksaanya dapat diserahkan orang lain.
8.      Dalam pemeriksaan tidak ada unsur subjektif yang mempengaruhi.

*      Kekurangan Essay test
1.      Bentuk tes ini juga memiliki kekurangan antara lain :
2.      Soal lazimnya terbatas sehingga cakupan materi evaluasi juga terbatas.
3.      Jawaban heterogin sehingga sering menyulitkan dalam menilai .
4.      Subyektifitas penilai sulit dihindari
5.      Kualitas tulisan, panjang pendeknya kalimat sering berpengaruh pada sikap guru dalam menilai sehingga obyektivitas kurang terjaga.
6.      Karakteristik penyusun tes essay yang berlainan sering menimbulkan salah persepsi bagi siswa .
7.      Persiapan untuk menyusun jauh lebih sulit dari pada tes esai karena soalnya banyak dan harus teliti untuk menghindari kelemahan-kelamahan yang lain.
8.      Soal-soal cenderung untuk mengungkapkan ingatan dan daya pengenalan kembali saja dan sukar untuk mengukur proses mental yang tinggi.
9.      Banyak kesempatan untuk main untung-untungan.
10.  Kerjasama antarsiswa pada waktu mengerjakan soal tes lebih terbuka.
*      Cara mengatasi kelemahan
1)     Kesulitan menyusun tes objektif dapat diatasi dengan jalan banyak berlatih terus menerus hingga betul-betul mahir.
2)     Menggunakan tabel spesifikasi untuk mengatasi kelemahan nomor satu dan dua.
3)     Menggunakan norma/standar penilaian yang memperhitungkan faktor tebakan (guessing) yang bersifat spekulatif itu.

2. Tes obyektif
1)    Tes Pilihan Alternatif
a)     Tes benar-salah (true-false)
Soal-soalnya berupa pernyataan-pernyataan (statement). Statement tersebut ada yang benar dan ada yang  salah. Orang yang ditanya bertugas untuk menandai masing-masing pernyataan itu dengan melingkari huruf B jika pernyataan itu betul menurut  pendapatnya dan melingkari huruf S jika pernyataannya salah.

2)    Tes pilihan ganda (multiple choice test)
Multiple choice test terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatu pengertian yang belum lengkap. Dan untuk melengkapinya harus memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Atau Multiple choice test terdiri atas bagian keterangan (stem) dan bagian kemungkinan jawaban atau alternatif (option). Kemungkinan jawaban (option) terdiri atas satu jawaban benar yaitu kunci jawaban dan beberapa pengecoh.
Bentuk ini bisa mencakup banyak materi pelajaran, penskorannya objektif, dan bisa dikoreksi dengan komputer.

*      Kelemahannya:
·         membuat butir soal pilihan ganda yang berkualitas baik cukup sulit,
·         adanya peluang kerja sama peserta antar tes sangat besar.
Oleh karena itu, bentuk ini dipakai untuk ujian yang melibatkan banyak peserta didik dan waktu untuk koreksi relatif singkat. Penggunaan bentuk ini menuntut agar pengawas ujian teliti dalam melakukan pengawasan saat ujian berlangsung. Tingkat berpikir yang diukur bisa tinggi tergantung pada kemampuan pembuat soal (Ebel, l979).

*      Soal pilihan ganda memiliki beberapa tipe yaitu :
a.       melengkapi pilihan ( dengan 4 atau 5 option )
Soal obyektif jenis ini terdiri dari pokok soal (stem) yang berupa pernyataan yang belum lengkap atau suatu pertanyaan yang dilengkapi dengan 4 atau 5 kemungkinan jawaban yang disebut option. Tugas siswa adalah memilih jawaban yang benar ( sesuai kunci ). Option selain kunci jawaban disebut sebagai pengecoh (distractor). Contoh :
Di antara pernyataan di bawah ini, yang benar mengenai kepemimpinan adalah..
                                          i.               kegiatan mempengaruhi bawahan untuk mencapai tujuan
                                           ii.            kegiatan memaksa bawahan untuk berupaya mencapai tujuan
                                            iii.         orang yang mampu mempengaruhi bawahan untuk mencapai tujuan
                                            iv.         seni memaksa bawahan untuk meningkatkan motivasi
                                           v.            merupakan kegiatan non utama untuk mencapai tujuan

b.  Analisis hubungan antar hal
    Soal jenis ini terdiri dari 2 kalimat pernyataan , yang dihubungkan dengan kata SEBAB. Kedua kalimat bisa merupakan sebab akibat, bisa juga keduanya benar tetapi tidak berhubungan, bisa salah satu benar, dan bisa juga keduanya salah. Contoh :
*    Motivasi adalah salah satu seni penting yang harus dikuasai oleh seorang pimpinan SEBAB Kemampuan memotivasi bawahan adalah salah satu cara untuk mendapatkan sumberdaya manusia yang mau dan mampu bekerja
c.  Melengkapi berganda
      Soal jenis ini hampir sama dengan tipe soal melengkapi pilihan, hanya saja diikuti dengan empat kemungkinan jawaban benar dan siswa diminta untuk memilih jawaban-jawaban yang benar. Contoh :
Kegiatan evaluasi terdiri dari:
1) mengukur
2) menilai
3) memberikan hasil
4) persiapan

3)    Menjodohkan (matching test)
Matching test dapat kita ganti dengan istilah mempertandingkan, mencocokkan, memasangkan, atau menjodohkan. Matching test terdiri atas satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban. Masing-masing pertanyaan mempunyai jawaban yang tercantum dalam seri jawaban. Tugas murid ialah mencari dan menempatkan jawaban-jawaban sehingga sesuai atau cocok dengan pertanyaannya.
Bentuk ini cocok untuk mengetahui pemahaman peserta didik tentang fakta dan konsep. Cakupan materi bisa banyak, namun tingkat berpikir yang terlibat Cenderung rendah.
Bentuk soal menjodohkan terdiri atas dua kelompok pernyataan yang paralel. Kedua kelompok pernyataan ini berada dalam satu kesatuan. Kelompok sebelah kiri merupakan bagian yang berisi soal-soal yang harus dicari jawabannya.
*      Kelebihan bentuk soal menjodohkan
a.       Penilaiannya dapat dilakukan dengan cepat dan objektif.
b.      Tepat digunakan untuk mengukur kemampuan bagaimana mengidentifikasi antara dua hal yang berhubungan.
c.       Dapat mengukur ruang lingkup pokok bahasan atau subpokok bahasan yang lebih luas.
*      Kelemahan bentuk soal menjodohkan
a.       Hanya dapat mengukur hal-hal yang didasarkan atas fakta dan hafalan
b.      Sukar untuk menentukan materi atau pokok bahasan yang mengukur hal-hal yang berhubungan

4)    Tes isian (completion test)
Completion test biasa kita sebut dengan istilah tes isian, tes menyempurnakan, atau tes melengkapi. Completion test terdiri atas kalimat-kalimat yang ada bagian-bagiannya yang dihilangkan. Bagian yang dihilangkan atau yang harus diisi oleh murid ini adalah merupakan pengertian yang kita minta dari murid.
Tes uraian adalah tes yang menuntut siswa mengingat, memahami, mengorganisir gagasannya ( jawaban soal tes ) yang selanjutnya diekspresikannya dalam bentuk uraian tertulis dengan menggunakan kata-kata sendiri. Bentuk tes ini dapat menilai berbagai jenis kemampuan seperti mengemukakan pendapat, berfikir logis, menarik kesimpulan dan sebagainya. Namun demikian jenis tes ini tidak lepas dari kelemahan seperti :
·         Cakupan materi tes terbatas
·         Jumlah soal terbatas
·         Waktu yang digunakan untuk menilai lama
·         Variasi jawaban siswa tinggi
Tes tertulis bentuk uraian adalah alat penilaian yang menuntut peserta didik untuk mengingat, memahami, dan mengorganisasikan gagasannya atau hal-hal yang sudah dipelajari. Peserta didik mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut dalam bentuk uraian tertulis dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Alat ini dapat menilai berbagai jenis kompetensi, misalnya mengemukakan pendapat, berpikir logis, dan menyimpulkan. Kelemahan alat ini antara lain cakupan materi yang ditanyakan terbatas dan membutuhkan waktu lebih banyak dalam mengoreksi jawaban. Contoh :
Soal       : Jelaskan proses terjadinya alam semesta menurut teori Big Bang ?
Penskoran:
Skor diberikan tergantung dari ketepatan dan kelengkapan jawaban yang diberikan. Semakin   lengkap dan tepat jawaban, semakin tinggi perolehan skor.

5)    Tipe jawaban singkat (short answeritas)
Bentuk ini cocok digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan pemahaman peserta didik jumlah materi yang diuji bisa banyak, namun tingkat berpikir yang diukur cenderung rendah.
*      karateristik
Soal jawaban singkat adalah soal yang menuntut peserta tes untuk memberikan jawaban singkat berupa kata, prase, nama, tempat, nama tokoh, lambang, atau kalimat yang sudah pasti.
*      kemampuan yang diukur
    Bentuk soal jawaban singkat sangat tepat digunakan untuk mengukur kemampuan peserta tes yang sangat sederhana. Kemampuan yang dikur dengan jawaban singkat adalah kemampuan menyebutkan istilah, kemampuan menyebutkan fakta, kemampuan menyebutkan prinsip, kemampuan menyebutkan metode atau prosedur, kemampuan menginterpretasi data sederhana, kemampuan memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan anakadan kemampuan melengkapi persamaan.
*      Jenis Soal
Dari segi rumusan kalimatnya, soa! jawaban singkat dapat berupa kalimat perintah, kalimat tanya, dan kalimat yang tidak lengkap. Contoh :
Soal jawaban singkat dengan kalimat perintah, misalnya:
1.      Tuliskan ibu kota propinsi Sulawesi Tenggara
2.      Sebutkan alat indera untuk melihat
3.      Sebutkan warna bunga mawar.
Soal jawaban singkat dengan kalimat tanya misalnya:
1.      Apa nama ibukota Negara Indonesia?
2.      dengan cara apa korupsi diberantas?
3.      Dimanakah terjadinya gempa sunami?
Soal jawaban singkat dengan kalimat yang tidak lengkap misalnya:
1.      Alat ini dinamakan…..
2.      peta disamping menunjukkan Negara …..
3.      gambar ini menunjukkan permainan……..
*      Penskoran
Penskoran dalam soal jawaban singkat dapat dilakukan setelah soal tersebut digunakan. Penskoran soal jawaban singkat sangat mudah dilakukan, skor 1 (satu) diberikan apabila jawaban benar, dan skor 0 diberikan apabila jawaban salah.
*      Keunggulan dan Kelemahan
Soal jawaban singkat adalah salah satu bentuk soal yang mudah dibuat, khususnya karena berkaitan dengan hasil pembelajaran yang sangat sederhana, yaitu umumnya kemampuan yang biasa diukur. Salah satu keunggulan soal jawaban singkat adalah siswa harus memberikan jawaban secara tertulis, hal ini menguntungkan karena  bentuk soal jawaban singkat mengurangi kemungkinan adanya siswa yang menebak jawaban soal.
Kelemahan soal jawaban singkat adalah
1.      Sukar untuk mengukur hasil belajar yang kompleks
2.      Sukar dalam hal penskoran, apabila penulis soal tidak menyajikan kunci jawaban yang tepat
3.      Adanya kemungkinan kesalahan penulisan jawaban



*      Kaidah Penulisan Jawaban Singkat
Beberapa saran beriktu dapat membantu para dalam mengembangkan tes jawaban singkat sehingga dapat menyajikan soal yang terjamin kesahihannya.
1.      Rumusan butir soal harus sesuai dengan kemampuan (kompetensi dasar dan indikator).
2.      Rumusan butir soal harus menggunakan bahasa yang balk, kalimat singkat, dan jelas sehingga mudah dipahami.
3.      Jawaban yang dituntuk oleh butir berupa kata, frase, angka, simbol, tahun, tempat dan sejenisnya harus singkat dan pasti.
4.      rumusan butir soal tidak merupakan kalimat yang dikutip Iangsung dari suatu buku.
5.      Hindari rumusan butir soal yang mengandung petunjuk pada kunci jawaban.
6.      Apabila rumusan butir soal dalam bentuk kalimat yang be!um Iengkap, bagian yang dikosongkan untuk diisi oleh peserta tes maksimum dua untuk satu kalimat soal.

3.  Pelaksanaan tes tertulis
Nurkanca, dkk (1986:58) menjelaskan bahwa dalam pelaksanaan suatu tes tertulis ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian. Adapun hal-hal tersebut antara lain:
a)     Ruangan tempat tes di laksanakan hendaknya diusahakan setenang mungkin.
b)     Murid-murid harus diperingatkan bahwa mereka tidak boleh bekerja sebelum ada tenda untuk mulai. Hal ini untuk mengatur agar semua murid mulai bekerja pada saat yang sama.
c)      Selama murid-murid bekerja para pengawas tes dapat berjalan-jalan, dengan catatan tidak mengganggu suasana, untuk mengawasi apakah murid-murid bekerja secara wajar atau tidak. Murid-murid yang melanggar tata tertib tes dapat dikeluarkan dari ruang tes.
d)     Apabila waktu yang ditentukan telah habis maka semua pengikut tes diperintahkan untuk berhenti bekerja dan segera meninggalkan ruangan tes secara tertib. Para pengawas tes segera mengumpulkan lembaran-lembaran tes dan lembaran-lembaran jawaban peserta tes.
e)     Setelah lat-alat terkumpulkan maka pengawas tes supaya mengisi catatan-catatan tentang kejadian penting yang terjadi selama tes berlangsung.




















BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan
Dari berbagai alat penilaian tertulis, tes memilih jawaban benar-salah, isian singkat, menjodohkan dan sebab akibat merupakan alat yang hanya menilai kemampuan berpikir rendah, yaitu kemampuan mengingat (pengetahuan). Tes pilihan ganda dapat digunakan untuk menilai kemampuan berpikir tinggi dengan cakupan materi yang luas. Peserta didik tidak mengembangkan sendiri jawabannya, sehingga   cenderung hanya memilih jawaban yang benar dan jika peserta didik tidak mengetahui jawaban yang benar, maka peserta didik akan menerka. Hal ini menimbulkan kecenderungan peserta didik tidak belajar untuk memahami pelajaran tetapi menghafalkan soal dan jawabannya. Selain itu tes bentuk pilihan ganda kurang mampu memberikan informasi yang cukup untuk dijadikan umpan balik guna mendiagnosis kelemahan peserta didik atau memodifikasi kegiatan pembelajaran. Karena itu kurang dianjurkan pemakaiannya dalam penilaian kelas yang otentik dan berkesinambungan. Namun tes bentuk tersebut banyak digunakan untuk penilaian keterampilan berbahasa yang dilakukan secara formal.
Dalam menyusun instrumen penilaian tertulis perlu dipertimbangkan hal-hal berikut.
a)     Karakteristik mata pelajaran dan keluasan ruang lingkup materi yang akan diuji
b)      materi, misalnya kesesuian soal dengan standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator pencapaian pada kurikulum;
c)      konstruksi, misalnya rumusan soal atau pertanyaan harus jelas dan tegas;
d)     bahasa, misalnya rumusan soal tidak menggunakan kata/kalimat yang menimbulkan penafsiran ganda.
B.     Saran





























DAFTAR PUSTAKA


  • Alwasilah, et al. (1996). Glossary of educational Assessment Term. Jakarta: Ministry of Education and Culture.
  • Anas sudiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta:PT.Grafindo persada, 2001.
  • Angelo, T.A., (1991). Ten easy pieces: Assessing higher learning in four dimensions. In Classroom research: Early lessons from success. New directions in teaching and learning (#46), Summer, 17-31.
  • Arikunto, S & Jabar. 2004. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
  • Calongesi, James S. 1995. Merancang Tes untuk Menilai Prestasi Siswa. Bandung : ITB
  • Frey, Barbara A., and Susan W. Alman. (2003). Formative Evaluation Through Online Focus Groups, in Developing Faculty to use Technology, David G. Brown (ed.), Anker Publishing Company: Bolton, MA.
  • Kizlik, Bob. (2009). Measurement, Assessment, and Evaluation in Education. Online : http://www.adprima.com/measurement.htm diakses tanggal 20-01-2013.
  • Mardapi, Djemari (2003). Desain Penilaian dan Pembelajaran Mahasiswa. Makalah Disajikan dalam Lokakarya Sistem Penjaminan Mutu Proses Pembelajaran tanggal 19 Juni 2003 di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
  • Overton, Terry. (2008). Assessing Learners with Special Needs: An Applied Approach (7th Edition). University of Texas - Brownsville
  • Palomba, Catherine A. And Banta, Trudy W. (1999). Assessment Essentials: Planning, Implementing, Improving. San Francisco: Jossey-Bass
  • Sridadi. (2007). Diktat Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran Penjas. Yogyakarta: FIK UNY.
  • Wayan Nurkencana. (1993). Evaluasi Pendidikan. Surabaya : Usaha Nasional.
  • Zainul, Asmawi dan Noehi Nasution. 2001. Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional


Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Nana Sudjana. 1989. Penilaian hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosda Karya
Sudijono Anas. 1995. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Grafindo Persada
Sukardi. 2008. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara
Sumiati dan Asra. 2007. Metode Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima

1 komentar: