Makalah Evaluasi Pembelajaran
DISUSUN
OLEH :
(KELOMPOK I )
© HUSNAINI
© HIKMAH SEPTIANI.
© HUSNIA EKA SARI
© IHSAN
© IRFANJI
© IKE JULIATY
© IBNU CHOLID DASI
© JAMAL
FISIKA B
JURUSAN
PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS TARBIYAH
DAN KEGURUAN
UIN ALAUDDIN
MAKASSAR
2012 / 2013
KATA PENGANTAR
Sungguh tiada suatu
kesuksesan yang dapat diraih kecuali atas perkenaan Yang Maha Kuasa.
Oleh karena iu, maka selayaknya penulis dalam
mengawali penulisan Makalah evaluasi pembelajaran yaitu teknik
tes penilaian secara tertulis,
dengan menyebut Asma dan mengucapkan syukur kehadirat-Nya. Dialah yang memberi
rahmat dan kekuatan sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik,
kendatipun dalam penulisannya tidak sedikit mengalami hambatan – hambatan.
Akhirnya
penulis berserah diri, karena sadar akan segala keterbatasan yang dimiliki
serta kemampuan penulis yang masih perlu ditingkatkan, tentunya tidaklah
sesempurnah sebagaimana yang diharapkan. Namun demikian, dengan penuh harapan
dan doa, kami berharap semoga Makalah ini dapat bermanfaat adanya, berguna bagi
kami sebagai penulis dan semoga pula Makalah yang sangat sederhana ini dapat
membuka pengetahuan kita tentang Evaluasi pembelajaran. Sehingga kita dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Makassar,
23 maret 2013
Penulis
DAFTAR ISI
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Penilaian kelas merupakan suatu kegiatan guru yang terkait dengan pengambilan keputusan tentang
pencapaian kompetensi atau hasil belajar peserta didik yang mengikuti proses pembelajaran tertentu. Untuk itu, diperlukan data
sebagai informasi yang diandalkan sebagai dasar pengambilan keputusan.
Keputusan tersebut berhubungan dengan sudah atau belum berhasilnya peserta
didik dalam mencapai suatu kompetensi. Jadi penilaian kelas merupakan salah
satu pilar dalam pelaksanaan Kurikulum .
Data yang diperoleh guru s elama pembelajaran
berlangsung dapat dijaring dan dikumpulkan melalui prosedur, teknik dan alat
penilaian yang sesuai dengan kompetensi yang akan dinilai. Oleh sebab itu,
penilaian kelas lebih merupakan proses pengumpulan dan penggunaan informasi
oleh guru untuk memberikan keputusan, dalam hal ini nilai terhadap hasil
belajar peserta didik berdasarkan tahapan belajarnya. Dari proses ini, diperoleh potret/profil kemampuan peserta
didik dalam mencapai sejumlah standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
tercantum dalam kurikulum.
Penilaian merupakan suatu proses yang dilakukan
melalui langkah-langkah perencanaan, penyusunan alat penilaian, pengumpulan
informasi melalui sejumlah bukti yang menunjukkan pencapaian hasil belajar
peserta didik, pengolahan, dan penggunaan informasi tentang hasil belajar
peserta didik. Penilaian kelas dilaksanakan melalui berbagai cara, seperti
penilaian unjuk kerja (performance), penilaian sikap, penilaian tertulis
(paper and pencil test), penilaian proyek, penilaian produk, penilaian
melalui kumpulan hasil kerja/karya peserta didik (portfolio), dan
penilaian diri.
Penilaian hasil belajar baik formal maupun informal
diadakan dalam suasana yang menyenangkan, sehingga memungkinkan peserta didik
menunjukkan apa yang dipahami dan mampu dikerjakannya. Hasil belajar seorang
peserta didik tidak dianjurkan untuk dibandingkan dengan peserta didik lainnya,
tetapi dengan hasil yang dimiliki peserta didik tersebut sebelumnya.
Dengan demikian peserta didik tidak merasa dihakimi oleh guru tetapi dibantu
untuk mencapai apa yang diharapkan.
Beragam teknik dapat dilakukan untuk mengumpulkan informasi
tentang kemajuan belajar peserta didik, baik yang berhubungan dengan proses
belajar maupun hasil belajar. Teknik pengumpulan informasi tersebut pada
prinsipnya adalah cara penilaian kemajuan belajar peserta didik berdasarkan
standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dicapai. Penilaian
kompetensi dasar dilakukan berdasarkan indikator-indikator pencapaian
kompetensi yang memuat satu ranah atau lebih. Berdasarkan
indikator-indikator ini dapat ditentukan cara penilaian yang sesuai, apakah
dengan tes tertulis, observasi, tes praktek, dan penugasan perseorangan atau
kelompok. Untuk itu, ada tujuh teknik yang dapat digunakan, yaitu penilaian
unjuk kerja, penilaian sikap, penilaian tertulis, penilaian proyek, penilaian
produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri.
Penilaian secara tertulis dilakukan dengan tes tertulis. Tes
Tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada peserta
didik dalam bentuk tulisan. Dalam menjawab soal peserta didik tidak selalu
merespon dalam bentuk menulis jawaban tetapi dapat juga dalam bentuk yang lain
seperti menjawab secara lisan, memberi tanda, mewarnai, menggambar, melakukan
sesuatu, dan lain sebagainya.
B.
Rumusan
masalah
Adapun
rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai beikut:
1.
Apa
pengertian Evaluasi ?
2.
Apa
pengertian Tes ?
3.
Bagaimana
teknik penilaian tes secara tertulis ?
C. Tujuan
Adapun tujuan
dari makalah ini adalah :
1.
Untuk
mengetahui dan memahami arti dari Evaluasi
2.
Untuk
mengetahui dan memahami arti dari Tes
3.
Untuk
mengetahui teknik penilaian tes secara tertulis
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Evaluasi
Pengertian Evaluasi (Penilaian) Menurut Para Ahli :
- Sudiono, Anas (2005) mengemukakan bahwa secara
harfiah kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation, dalam bahasa
Indonesia berarti penilaian. Akar katanya adalah value yang artinya nilai.
Jadi istilah evaluasi menunjuk pada suatu tindakan atau suatu proses untuk
menentukan nilai dari sesuatu.
- Frey, Barbara A., and Susan W. Alman. (2003): Evaluation
The systematic process of collecting, analyzing, and interpreting
information to determine the extent to which pupils are achieving
instructional objectives. (Artinya: Evaluasi adalah proses sistematis
pengumpulan, analisis, dan interpretasi informasi untuk menentukan sejauh
mana siswa yang mencapai tujuan instruksional).
- Mardapi, Djemari (2003), penilaian adalah
kegiatan menafsirkan atau mendeskripsikan hasil pengukuran.
- Zainul, Asmawi dan Noehi Nasution (2001),
mengartikan penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan
menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik
yang menggunakan tes maupun nontes.
Kesimpulan Tentang
Pengertian Evaluasi:
- Evaluasi berasal dari
akar kata bahasa Inggris value yang berarti nilai, jadi istilah evaluasi
sinonim dengan penilaian.
- Evaluasi merupakan proses sistematis dari
mengumpulkan, menganalisis, hingga interpretasi (menafsirkan) data atau
informasi yang diperoleh.
- Data
atau informasi diperoleh melalui pengukuran (measurement) hasil
belajar.melalui tes atau nontes.
B.
Pengertian Tes
Pengertian Tes Menurut Para Ahli :
- Wayan Nurkencana (1993), tes adalah suatu cara
untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas yang harus
dikerjakan anak atau sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai
tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut yang kemudian dapat dibandingkan
dengan nilai yang dicapai oleh anak-anak lain atau standar yang telah
ditetapkan
- Overton, Terry (2008): test is a method to
determine a student’s ability to complete certain tasks or demontstrate
mastery of a skill or knowledge of content. Some types would be multiple
choice tests or a weekly spelling test. While it commonly used
interchangeably with assesment, or even evaluation, it can be
distinguished by the fact that a test is one form of an assesment.
(Tes adalah suatu metode untuk menentukan kemampuan siswa menyelesaikan
sejumlah tugas tertentu atau mendemonstrasikan penguasaan suatu
keterampilan atau pengetahuan pada suatu materi pelajaran. Beberapa tipe
tes misalnya tes pilihan ganda atau tes mengeja mingguan. Seringkali
penggunaannya tertukar dengan asesmen, atau bahkan evaluasi (penilaian),
yang mana sebenarnya tes dapat dengan mudah dibedakan berdasarkan
kenyataan bahwa tes adalah salah satu bentuk asesmen.)
Himpunan pertanyaan/pernyataan/tugas yang harus
dikerjakan untuk mengukur kompetensi tertentu
Syarat Tes yang
Baik:
·
Soal berkualitas baik
·
Uni dimensional
·
Valid
·
Reliabel
Pengembangan
tes standar :
1.
Menentukan tujuan tes
2.
Menyusun kisi-kisi dari indikator
3.
Membuat kartu soal
4.
Membuat paket soal
5.
Pedoman kunci jawaban dan penskoran
6. Penelaahan soal
7. Uji coba soal
8. Pedoman penilaian
(http//evaluasi/Teknik evaluasi dan Model
penyusunaninstrumen penilaian pendidkan keaksaraan PKBM/Guguak.html)
Kesimpulan Tentang
Pengertian Tes:
·Tes adalah cara atau metode untuk menentukan kemampuan
siswa menyelesaikan tugas tertentu atau mendemonstrasikan penguasaan suatu
keterampilan atau pengetahuan.
·Beberapa tipe tes misalnya tes pilihan ganda atau tes
mengeja mingguan.
·Tes adalah salah satu bentuk
asesmen
C.
Teknik TES secara Tertulis
Penilaian
tertulis adalah skor/nilai yang
diperoleh peserta didik dari hasil berbagai tes tertulis yang diikuti peserta
didik. Soal tes tertulis dapat berbentuk pilihan ganda, benar salah,
menjodohkan, uraian, jawaban singkat.
Soal bentuk pilihan ganda diskor dengan memberi angka
1 (satu) bagi setiap butir jawaban yang benar dan angka 0 (nol) bagi setiap
butir soal yang salah. Skor yang diperoleh peserta didik untuk suatu perangkat
tes pilihan ganda dihitung dengan prosedur:
jumlah jawaban benar X 10
jumlah seluruh butir soal
Prosedur ini juga dapat digunakan dalam menghitung
skor perolehan peserta didik untuk soal berbentuk benar salah, menjodohkan, dan
jawaban singkat. Keempat bentuk soal terakhir ini juga dapat dilakukan
penskoran secara objektif dan dapat diberi skor 1 untuk setiap jawaban yang
benar.
Soal bentuk
uraian dibedakan dalam dua kategori, uraian objektif dan uraian non-objektif.
Uraian objektif dapat diskor secara objektif berdasarkan konsep atau kata
kunci yang sudah pasti sebagai jawaban yang benar. Setiap konsep atau kata
kunci yang benar yang dapat dijawab peserta didik diberi skor 1. Skor maksimal
butir soal adalah sama dengan jumlah konsep kunci yang dituntut untuk dijawab
oleh peserta didik. Skor capaian peserta didik untuk satu butir soal kategori
ini adalah jumlah konsep kunci yang dapat dijawab benar, dibagi skor maksimal,
dikali dengan 10.
Soal bentuk
uraian non objektif tidak dapat diskor secara objektif, karena jawaban yang
dinilai dapat berupa opini atau pendapat peserta didik sendiri, bukan
berupa konsep kunci yang sudah pasti. Pedoman penilaiannya berupa
kriteria-kriteria jawaban. Setiap kriteria jawaban diberikan rentang nilai
tertentu, misalnya 0 – 5. Tidak ada jawaban untuk suatu kriteria diberi skor 0.
Besar-kecilnya skor yang diperoleh peserta didik untuk suatu kriteria
ditentukan berdasarkan tingkat kesempurnaan jawaban dibandingkan dengan
kriteria jawaban tersebut.
Skor penilaian
yang diperoleh dengan menggunakan berbagai bentuk tes tertulis perlu digabung
menjadi satu kesatuan nilai penguasaan kompetensi. Dalam proses penggabungan
dan penyatuan nilai, data yang diperoleh dengan masing-masing bentuk soal
tersebut juga perlu diberi bobot, dengan mempertimbangkan tingkat
kesukaran dan kompleksitas jawaban.
Nilai yang
diperoleh peserta didik merupakan deskripsi tentang tingkat atau persentase
penguasaan kompetensi. Misalnya, nilai 65,00 dapat diinterpretasikan peserta
didik telah menguasai 65% dari kompetensi yang diharapkan.
- Pengertian
Tes Tulis
Tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis
dan objektif untuk memperoleh data-data atau keterangan-keterangan yang
diinginkan tentang seseorang, dengan cara yang boleh dikatakan cepat dan tepat
(Indrakusuma, 1993:21). Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa,
didalamnya terdapat pengertian-pengertian:
a) Tes itu adalah hanya merupakan alat dan bukan
merupakan tujuan. Sedangkan tujuannya adalah terletak pada apakah maksud kita
memberikan tes itu.
b) Alat itu telah
disusun secara sistematis dan objektif, menurut syarat-syarat tertentu. Meskipun
dalam kenyataannya tidak ada tes yang seratus persen sistematis dan objektif.
Sebab tes itu juga buatan manusia.
c) Dengan adanya tes yang telah disusun secara sistematis
dan objektif itu, maka hasil yang diperoleh dari tes atau alat itu boleh
dikatakan akan tepat. Artinya benar-benar akan memberikan gambaran yang sesuai
dengan keadaannya.
d) Bahwa dengan dipergunakannya tes sebagai alat untuk
memperoleh data-data itu, dapat dilaksanakan secara tepat tidak memakan waktu
yang lama. Untuk memperoleh suatu data tidak perlu berhari-hari, bahkan cukup
beberapa jam saja.
e) Sedang keterangan-keterangan apa yang diinginkan, ini
bergantung pada maksud serta alat yang kita berikan. Misalnya, jika kita
menginginkan keterangan tentang kecakapan anak dalam hal berhiting maka kita
pergunakan tes berhitung, bukan tes bahasa, dan sebagainya.
Jadi, tes tulis adalah tes yang soal-soalnya harus
dijawab peserta didik dengan memberikan jawaban tertulis.
2.
Bentuk-bentuk tes tulis
Telah dibicarakan sebelumnya bahwa di sekolah seringkali digunakan tes buatan
guru (bukan tes standardized test) ini disebut tes buatan guru (teacher
made test). Tes yang di buat guru ini terutama menilai kemajuan siswa dalam
hal pencapaian hal yang dipelajari.
Bentuk tes yang digunakan dapat dikategorikan
menjadi dua, yaitu tes objektif
dan tes non-objektif. Objektif di sini dilihat dari sistem penskorannya, yaitu
siapa saja yang memeriksa lembar jawaban tes akan menghasilkan skor yang sama.
Tes non-objektif yang juga sering disebut tes uraian adalah tes yang system penskorannya
dipengaruhi oleh pemberi skor. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa
tes objektif adalah tes yang sistem penskorannya objektif, sedang tes non
objektif sistem penskorannya dipengaruhi oleh subjektivitas pemberi skor.
Dalam hal ini kita bedakan atas dua bentuk tes tulis
yaitu sebagai berikut:
1. Tes Subjektif
Yang pada umumnya berbentuk tes esai (uraian) tes bentuk esai adalah sejenis
tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau
uraian kata-kata. Ciri-ciri pertanyaanya didahului dengan kata-kata seperti,
uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana, bandingkan, simpulkan, dan sebagainya
(Arikunto, 2005:162).
Soal-soal bentuk esai biasanya jumlahnya tidak banyak,
hanya sekedar 5-10 buah soal dalam waktu kira-kira 90-120 menit. Soal-soal
bentuk esai ini menuntut kemampuan siswa untuk dapat mengorganisir,
menginterprestasi, menghubungkan pengertian-pengertian yang telah dimiliki.
Dengan singkat dapat dikatakan bahwa tes esai menuntut untuk dapat
mengingat-ingat dan mengenal kembali dan terutama harus mempunyai daya
kreativitas yang tinggi.
Berikut ini
dari ciri-ciri essay test:
- Peserta didik memiliki kebebasan dalam
mengorganisir jawaban.
- Jawaban dapat panjang atau pendek .
- Tergantung kemampuan, kemahiran peserta didik
yang harus memberikan jawaban atas tes tersebut .
- Batas jawaban yakni panjang atau pendek
ditentukan oleh karakteristik pertanyaan yang harus dijawab
Bentuk soal Essay yaitu ;
a) Essay Bebas(free essay)
Bentuk ini cocok untuk bidang studi
ilmu-ilmu sosial. Walau hasil penskoran cenderung subjektif, namun bila
disediakan pedoman penskoran yang jelas, hasilnya diharapkan dapat lebih
objektif. Tingkat berpikir yang diukur bisa tinggi. Bentuk ini bisa menggali
informasi kemampuan penalaran, kemampuan berkreasi atau kreativitas peserta
didik, karena kunci jawabannya tidak satu.
Dalam uraian
bebas jawaban peserta didik tidak dibatasi, bergantung pada pandangan peserta
didik itu sendiri. Di lain pihak guru juga bebas menilai jawaban yang
dianggapnya benar, yang kurang benar atau kurang lengkap dan salah sama sekali.
Kelemahan tes ini adalah sukar menilainya karena jawaban peserta didik bisa
bervariasi, sulit menentukan kriteria penilaian, sangat subjektif karena
bergantung pada guru sebagai penilai.
b) Essay terbatas
(frestriced essay)
Uraian terbatas, Dalam bentuk
ini pertanyaan telah diarahkan kepada hal-hal tertentu atau ada pembatas
tertentu. Pembatasan bisa dari segi ruang lingkup, sudut pandang,
indikator-indikatornya. Penilaian untuk tes terbatas lebih mudah daripada
uraian bebas karena telah ada indikatornya.
Beberapa hal yang harus diperhatikan guru
apabila memberikan tes bentuk uraian adalah :
- Jumlah soal harus dibatasi mengingat adanya
kebebasan dalam memberikan jawaban .
- Pertanyaan uraian bervariasi, seperti pertanyaan
: (a) Jelaskan, ( b ) Bandingkan, ( c ) tunjukkan kelebihan dan
kekurangan, ( d ) Apa yang anda ketahui tentang
- Guru harus menyusun rambu-rambu jawaban sebagai
panduan dalam memberikan penilaian
Kelebihan Essay Test
1.
Tes uraian memiliki kelebihan antara lain :
2.
Guru tidak terlalu sulit untuk menyusun bentuk tes
uraian
3.
Melatih siswa mengkontruksi gagasannya dengan baik
kemudian mengekpresikannya ke dalam sebuah jawaban tertulis sebagai bentuk
komunikasi dengan guru .
4.
Hemat/ ekonomis karena sarana kertas untuk menjawab
terbatas
5.
Lebih respektif mewakili isi dan luas bahan, lebih
objektif, dapat di hindari campur tangannya unsur-unsur subjektif baik dari
segi siswa maupun segi guru yang memeriksa.
6.
Lebih mudah dan cepat cara memeriksanya karena dapat
menggunakan kunci tes bahkan alat-alat hasil kemajuan teknologi.
7.
Pemeriksaanya dapat diserahkan orang lain.
8.
Dalam pemeriksaan tidak ada unsur subjektif yang
mempengaruhi.
Kekurangan Essay test
1.
Bentuk tes ini juga memiliki kekurangan antara lain :
2.
Soal lazimnya terbatas sehingga cakupan materi
evaluasi juga terbatas.
3.
Jawaban heterogin sehingga sering menyulitkan dalam
menilai .
4.
Subyektifitas penilai sulit dihindari
5.
Kualitas tulisan, panjang pendeknya kalimat sering
berpengaruh pada sikap guru dalam menilai sehingga obyektivitas kurang terjaga.
6.
Karakteristik penyusun tes essay yang berlainan sering
menimbulkan salah persepsi bagi siswa .
7.
Persiapan untuk menyusun jauh lebih sulit dari pada
tes esai karena soalnya banyak dan harus teliti untuk menghindari
kelemahan-kelamahan yang lain.
8.
Soal-soal cenderung untuk mengungkapkan ingatan dan
daya pengenalan kembali saja dan sukar untuk mengukur proses mental yang
tinggi.
9.
Banyak kesempatan untuk main untung-untungan.
10. Kerjasama antarsiswa pada waktu mengerjakan soal tes
lebih terbuka.
Cara mengatasi kelemahan
1)
Kesulitan menyusun tes objektif dapat diatasi dengan
jalan banyak berlatih terus menerus hingga betul-betul mahir.
2)
Menggunakan tabel spesifikasi untuk mengatasi
kelemahan nomor satu dan dua.
3)
Menggunakan norma/standar penilaian yang
memperhitungkan faktor tebakan (guessing) yang bersifat spekulatif itu.
2. Tes obyektif
1)
Tes Pilihan Alternatif
a)
Tes benar-salah (true-false)
Soal-soalnya berupa pernyataan-pernyataan (statement).
Statement tersebut ada yang benar dan ada yang salah. Orang yang
ditanya bertugas untuk menandai masing-masing pernyataan itu dengan melingkari
huruf B jika pernyataan itu betul menurut pendapatnya dan melingkari
huruf S jika pernyataannya salah.
2)
Tes pilihan ganda (multiple choice test)
Multiple choice test
terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatu pengertian yang
belum lengkap. Dan untuk melengkapinya harus memilih satu dari beberapa
kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Atau Multiple choice test
terdiri atas bagian keterangan (stem) dan bagian kemungkinan jawaban
atau alternatif (option). Kemungkinan jawaban (option) terdiri
atas satu jawaban benar yaitu kunci jawaban dan beberapa pengecoh.
Bentuk ini bisa
mencakup banyak materi pelajaran, penskorannya objektif, dan
bisa dikoreksi dengan komputer.
Kelemahannya:
·
membuat
butir soal pilihan ganda yang berkualitas baik cukup sulit,
·
adanya
peluang kerja sama peserta antar tes sangat besar.
Oleh karena itu, bentuk ini dipakai
untuk ujian yang melibatkan banyak peserta didik dan waktu untuk koreksi
relatif singkat. Penggunaan bentuk ini menuntut agar pengawas ujian teliti
dalam melakukan pengawasan saat ujian berlangsung. Tingkat berpikir yang diukur
bisa tinggi tergantung pada kemampuan pembuat soal (Ebel, l979).
Soal pilihan ganda memiliki beberapa
tipe yaitu :
a.
melengkapi
pilihan ( dengan 4 atau 5 option )
Soal obyektif jenis ini terdiri dari
pokok soal (stem) yang berupa pernyataan yang belum lengkap atau suatu
pertanyaan yang dilengkapi dengan 4 atau 5 kemungkinan jawaban yang disebut
option. Tugas siswa adalah memilih jawaban yang benar ( sesuai kunci ). Option
selain kunci jawaban disebut sebagai pengecoh (distractor). Contoh :
Di antara pernyataan di bawah ini,
yang benar mengenai kepemimpinan adalah..
i.
kegiatan
mempengaruhi bawahan untuk mencapai tujuan
ii.
kegiatan
memaksa bawahan untuk berupaya mencapai tujuan
iii.
orang
yang mampu mempengaruhi bawahan untuk mencapai tujuan
iv.
seni
memaksa bawahan untuk meningkatkan motivasi
v.
merupakan
kegiatan non utama untuk mencapai tujuan
b. Analisis
hubungan antar hal
Soal jenis ini terdiri dari 2 kalimat pernyataan , yang dihubungkan
dengan kata SEBAB. Kedua kalimat bisa merupakan sebab akibat, bisa juga
keduanya benar tetapi tidak berhubungan, bisa salah satu benar, dan bisa juga
keduanya salah. Contoh :
*
Motivasi adalah salah satu seni penting yang harus dikuasai oleh seorang
pimpinan SEBAB Kemampuan memotivasi bawahan adalah salah satu cara untuk mendapatkan
sumberdaya manusia yang mau dan mampu bekerja
c. Melengkapi
berganda
Soal jenis ini hampir sama dengan tipe soal melengkapi pilihan, hanya
saja diikuti dengan empat kemungkinan jawaban benar dan siswa diminta untuk memilih
jawaban-jawaban yang benar. Contoh :
Kegiatan evaluasi terdiri dari:
1) mengukur
2) menilai
3) memberikan hasil
4) persiapan
3)
Menjodohkan (matching test)
Matching test dapat kita
ganti dengan istilah mempertandingkan, mencocokkan, memasangkan, atau
menjodohkan. Matching test terdiri atas satu seri pertanyaan dan satu
seri jawaban. Masing-masing pertanyaan mempunyai jawaban yang tercantum dalam
seri jawaban. Tugas murid ialah mencari dan menempatkan jawaban-jawaban
sehingga sesuai atau cocok dengan pertanyaannya.
Bentuk ini cocok
untuk mengetahui pemahaman peserta didik tentang fakta dan konsep. Cakupan
materi bisa banyak, namun tingkat berpikir yang terlibat Cenderung rendah.
Bentuk soal menjodohkan terdiri atas dua kelompok
pernyataan yang paralel. Kedua kelompok pernyataan ini berada dalam satu
kesatuan. Kelompok sebelah kiri merupakan bagian yang berisi soal-soal yang
harus dicari jawabannya.
Kelebihan bentuk soal menjodohkan
a.
Penilaiannya dapat dilakukan dengan cepat dan
objektif.
b.
Tepat digunakan untuk mengukur kemampuan bagaimana
mengidentifikasi antara dua hal yang berhubungan.
c.
Dapat mengukur ruang lingkup pokok bahasan atau
subpokok bahasan yang lebih luas.
Kelemahan bentuk soal menjodohkan
a.
Hanya dapat mengukur hal-hal yang didasarkan atas
fakta dan hafalan
b.
Sukar untuk menentukan materi atau pokok bahasan yang
mengukur hal-hal yang berhubungan
4)
Tes isian (completion test)
Completion test biasa kita
sebut dengan istilah tes isian, tes menyempurnakan, atau tes melengkapi. Completion
test terdiri atas kalimat-kalimat yang ada bagian-bagiannya yang
dihilangkan. Bagian yang dihilangkan atau yang harus diisi oleh murid ini
adalah merupakan pengertian yang kita minta dari murid.
Tes uraian adalah tes yang menuntut siswa mengingat,
memahami, mengorganisir gagasannya ( jawaban soal tes ) yang selanjutnya
diekspresikannya dalam bentuk uraian tertulis dengan menggunakan kata-kata
sendiri. Bentuk tes ini dapat menilai berbagai jenis kemampuan seperti
mengemukakan pendapat, berfikir logis, menarik kesimpulan dan sebagainya. Namun
demikian jenis tes ini tidak lepas dari kelemahan seperti :
·
Cakupan materi tes terbatas
·
Jumlah soal terbatas
·
Waktu yang digunakan untuk menilai lama
·
Variasi jawaban siswa tinggi
Tes tertulis bentuk uraian adalah alat penilaian yang menuntut
peserta didik untuk mengingat, memahami, dan mengorganisasikan gagasannya atau
hal-hal yang sudah dipelajari. Peserta didik mengemukakan atau mengekspresikan
gagasan tersebut dalam bentuk uraian tertulis dengan menggunakan kata-katanya
sendiri. Alat ini dapat menilai berbagai jenis kompetensi, misalnya
mengemukakan pendapat, berpikir logis, dan menyimpulkan. Kelemahan alat ini
antara lain cakupan materi yang ditanyakan terbatas dan membutuhkan waktu lebih
banyak dalam mengoreksi jawaban. Contoh
:
Soal : Jelaskan
proses terjadinya alam semesta menurut teori Big Bang ?
Penskoran:
Skor diberikan tergantung dari ketepatan dan
kelengkapan jawaban yang diberikan. Semakin lengkap dan tepat
jawaban, semakin tinggi perolehan skor.
5)
Tipe jawaban singkat (short answeritas)
Bentuk ini cocok digunakan untuk
mengetahui tingkat pengetahuan dan pemahaman peserta didik jumlah materi yang
diuji bisa banyak, namun tingkat berpikir yang diukur cenderung rendah.
karateristik
Soal jawaban singkat adalah soal yang menuntut peserta
tes untuk memberikan jawaban singkat berupa kata, prase, nama, tempat, nama
tokoh, lambang, atau kalimat yang sudah pasti.
kemampuan yang diukur
Bentuk soal
jawaban singkat sangat tepat digunakan untuk mengukur kemampuan peserta tes
yang sangat sederhana. Kemampuan yang dikur dengan jawaban singkat adalah
kemampuan menyebutkan istilah, kemampuan menyebutkan fakta, kemampuan
menyebutkan prinsip, kemampuan menyebutkan metode atau prosedur, kemampuan
menginterpretasi data sederhana, kemampuan memecahkan permasalahan yang
berkaitan dengan anakadan kemampuan melengkapi persamaan.
Jenis Soal
Dari segi rumusan kalimatnya, soa! jawaban singkat
dapat berupa kalimat perintah, kalimat tanya, dan kalimat yang tidak lengkap. Contoh :
Soal jawaban singkat dengan kalimat perintah,
misalnya:
1.
Tuliskan ibu kota propinsi Sulawesi Tenggara
2.
Sebutkan alat indera untuk melihat
3.
Sebutkan warna bunga mawar.
Soal jawaban singkat dengan kalimat tanya misalnya:
1.
Apa nama ibukota Negara Indonesia?
2.
dengan cara apa korupsi diberantas?
3.
Dimanakah terjadinya gempa sunami?
Soal jawaban singkat dengan kalimat yang tidak lengkap
misalnya:
1.
Alat ini dinamakan…..
2.
peta disamping menunjukkan Negara …..
3.
gambar ini menunjukkan permainan……..
Penskoran
Penskoran dalam soal jawaban singkat dapat dilakukan
setelah soal tersebut digunakan. Penskoran soal jawaban singkat sangat mudah
dilakukan, skor 1 (satu) diberikan apabila jawaban benar, dan skor 0 diberikan
apabila jawaban salah.
Keunggulan dan Kelemahan
Soal jawaban singkat adalah salah satu bentuk soal
yang mudah dibuat, khususnya karena berkaitan dengan hasil pembelajaran yang
sangat sederhana, yaitu umumnya kemampuan yang biasa diukur. Salah satu
keunggulan soal jawaban singkat adalah siswa harus memberikan jawaban secara
tertulis, hal ini menguntungkan karena bentuk soal jawaban singkat
mengurangi kemungkinan adanya siswa yang menebak jawaban soal.
Kelemahan soal jawaban singkat adalah
1.
Sukar untuk mengukur hasil belajar yang kompleks
2.
Sukar dalam hal penskoran, apabila penulis soal tidak
menyajikan kunci jawaban yang tepat
3.
Adanya kemungkinan kesalahan penulisan jawaban
Kaidah Penulisan Jawaban Singkat
Beberapa saran beriktu dapat membantu para dalam
mengembangkan tes jawaban singkat sehingga dapat menyajikan soal yang terjamin
kesahihannya.
1.
Rumusan butir soal harus sesuai dengan kemampuan
(kompetensi dasar dan indikator).
2.
Rumusan butir soal harus menggunakan bahasa yang balk,
kalimat singkat, dan jelas sehingga mudah dipahami.
3.
Jawaban yang dituntuk oleh butir berupa kata, frase,
angka, simbol, tahun, tempat dan sejenisnya harus singkat dan pasti.
4.
rumusan butir soal tidak merupakan kalimat yang
dikutip Iangsung dari suatu buku.
5.
Hindari rumusan butir soal yang mengandung petunjuk
pada kunci jawaban.
6.
Apabila rumusan butir soal dalam bentuk kalimat yang
be!um Iengkap, bagian yang dikosongkan untuk diisi oleh peserta tes maksimum
dua untuk satu kalimat soal.
3. Pelaksanaan tes tertulis
Nurkanca, dkk (1986:58) menjelaskan bahwa dalam
pelaksanaan suatu tes tertulis ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian.
Adapun hal-hal tersebut antara lain:
a) Ruangan tempat tes di laksanakan hendaknya diusahakan
setenang mungkin.
b) Murid-murid harus diperingatkan bahwa mereka tidak
boleh bekerja sebelum ada tenda untuk mulai. Hal ini untuk mengatur agar semua
murid mulai bekerja pada saat yang sama.
c) Selama murid-murid bekerja para pengawas tes dapat
berjalan-jalan, dengan catatan tidak mengganggu suasana, untuk mengawasi apakah
murid-murid bekerja secara wajar atau tidak. Murid-murid yang melanggar tata
tertib tes dapat dikeluarkan dari ruang tes.
d) Apabila waktu yang ditentukan telah habis maka semua
pengikut tes diperintahkan untuk berhenti bekerja dan segera meninggalkan
ruangan tes secara tertib. Para pengawas tes segera mengumpulkan
lembaran-lembaran tes dan lembaran-lembaran jawaban peserta tes.
e) Setelah lat-alat terkumpulkan maka pengawas tes supaya
mengisi catatan-catatan tentang kejadian penting yang terjadi selama tes
berlangsung.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari berbagai alat penilaian tertulis, tes memilih jawaban benar-salah,
isian singkat, menjodohkan dan sebab akibat merupakan alat yang hanya
menilai kemampuan berpikir rendah, yaitu kemampuan mengingat
(pengetahuan). Tes pilihan ganda dapat digunakan untuk menilai kemampuan
berpikir tinggi dengan cakupan materi yang luas. Peserta didik tidak
mengembangkan sendiri jawabannya, sehingga cenderung hanya memilih
jawaban yang benar dan jika peserta didik tidak mengetahui jawaban yang benar,
maka peserta didik akan menerka. Hal ini menimbulkan kecenderungan peserta
didik tidak belajar untuk memahami pelajaran tetapi menghafalkan soal dan
jawabannya. Selain itu tes bentuk pilihan ganda kurang mampu memberikan
informasi yang cukup untuk dijadikan umpan balik guna mendiagnosis kelemahan
peserta didik atau memodifikasi kegiatan pembelajaran. Karena itu kurang
dianjurkan pemakaiannya dalam penilaian kelas yang otentik dan
berkesinambungan. Namun tes bentuk tersebut banyak digunakan untuk penilaian
keterampilan berbahasa yang dilakukan secara formal.
Dalam menyusun instrumen penilaian tertulis perlu
dipertimbangkan hal-hal berikut.
a) Karakteristik mata pelajaran dan keluasan ruang
lingkup materi yang akan diuji
b) materi,
misalnya kesesuian soal dengan standar kompetensi, kompetensi dasar dan
indikator pencapaian pada kurikulum;
c) konstruksi, misalnya rumusan soal atau pertanyaan
harus jelas dan tegas;
d) bahasa, misalnya rumusan soal tidak menggunakan
kata/kalimat yang menimbulkan penafsiran ganda.
B.
Saran
DAFTAR
PUSTAKA
- Alwasilah, et al. (1996). Glossary of
educational Assessment Term. Jakarta: Ministry of Education and
Culture.
- Anas sudiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta:PT.Grafindo
persada, 2001.
- Angelo, T.A., (1991). Ten easy pieces:
Assessing higher learning in four dimensions. In Classroom research: Early
lessons from success. New directions in teaching and learning (#46),
Summer, 17-31.
- Arikunto, S & Jabar. 2004. Evaluasi
Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
- Calongesi, James S. 1995. Merancang Tes untuk
Menilai Prestasi Siswa. Bandung : ITB
- Frey, Barbara A., and Susan W. Alman. (2003). Formative
Evaluation Through Online Focus Groups, in Developing Faculty to use
Technology, David G. Brown (ed.), Anker Publishing Company: Bolton,
MA.
- Kizlik, Bob. (2009). Measurement, Assessment,
and Evaluation in Education. Online :
http://www.adprima.com/measurement.htm diakses tanggal 20-01-2013.
- Mardapi, Djemari (2003). Desain Penilaian dan
Pembelajaran Mahasiswa. Makalah Disajikan dalam Lokakarya Sistem
Penjaminan Mutu Proses Pembelajaran tanggal 19 Juni 2003 di Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta.
- Overton, Terry. (2008). Assessing Learners
with Special Needs: An Applied Approach (7th Edition). University of
Texas - Brownsville
- Palomba, Catherine A. And Banta, Trudy W. (1999).
Assessment Essentials: Planning, Implementing, Improving. San
Francisco: Jossey-Bass
- Sridadi. (2007). Diktat Mata Kuliah Evaluasi
Pembelajaran Penjas. Yogyakarta: FIK UNY.
- Wayan Nurkencana. (1993). Evaluasi Pendidikan.
Surabaya : Usaha Nasional.
- Zainul, Asmawi dan Noehi Nasution. 2001. Penilaian
Hasil Belajar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara
Nana Sudjana. 1989. Penilaian hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosda Karya
Sudijono Anas. 1995. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Grafindo Persada
Sukardi. 2008. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara
Sumiati dan Asra. 2007. Metode Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima
Nana Sudjana. 1989. Penilaian hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosda Karya
Sudijono Anas. 1995. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Grafindo Persada
Sukardi. 2008. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara
Sumiati dan Asra. 2007. Metode Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima
bisaka minta aslinya silong?
BalasHapus